Lihat ke Halaman Asli

Rikah Fuziah

Mahasiswa

Potensi Revolusioner 3D Food Printing untuk Melengkapi Sistem Ketersediaan Pangan di Indonesia

Diperbarui: 17 Mei 2024   00:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ILUSTRASI 3D FOOD PRINTING | Sumber: Insider via Kompas.com

Pangan menurut Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 merupakan kebutuhan dasar tiap manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi setiap rakyat Indonesia dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk melaksanakan pembangunan nasional. Produk olahan hasil ternak memainkan peran yang sangat penting dalam menyediakan pangan yang aman, bergizi, dan berkualitas bagi masyarakat. 

Menurut Global Food Security Index tahun 2022, Indonesia berada pada urutan ke-63 dari 113 negara dengan skor 60,2 yang diukur dari ketersediaan pangan, keterjangkauan, keamanan, dan kualitas pangan. 

Indonesia, sebagai negara dengan populasi yang besar dan beragam, membutuhkan ketersediaan pangan yang mencukupi dan tersebar merata di seluruh wilayah. Hal ini penting untuk memastikan bahwa semua warga negara memiliki akses terhadap makanan yang cukup dan berkualitas, serta untuk memenuhi kecukupan konsumsi bagi seluruh masyarakat. 

Menurut Badan Pusat Statistik, penduduk Indonesia diproyeksi mencapai 328,93 juta pada tahun 2050. Sejalan dengan pertumbuhan penduduk, kebutuhan penduduk akan pangan juga semakin meningkat. Hal ini menjadi tantangan besar bagi Indonesia untuk memenuhi kebutuhan pangan dengan menggunakan sumber daya yang tersedia kecuali jika diterapkan teknologi baru yang lebih menjanjikan dan berkelanjutan.

Industri pangan saat ini mengalami perubahan besar yang didorong oleh penerapan teknologi industri 4.0. Era industri 4.0 menggabungkan sistem digital, fisik, dan biologis yang membawa era baru dalam hal konektivitas dan otomatisasi.

Digitalisasi yang berkembang akibat industri 4.0 mengubah dinamika industri pangan, dan memungkinkan optimalisasi proses, layanan, dan produk yang lebih andal dan efisien. 3D food printing adalah salah satu contoh dalam perkembangan teknologi 4.0 yang memungkinkan pembuatan makanan dengan menggunakan printer 3D. 

Proses ini melibatkan pengolahan bahan makanan yang disusun dalam lapisan untuk membentuk makanan dengan bentuk, struktur, tekstur, profil rasa, stabilitas nutrisi, dan komposisi yang diinginkan dengan mengintegrasikan berbagai bahan ke dalam printer 3D. Teknologi 3D food printing memungkinkan pembuatan makanan yang lebih artistik, dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan nutrisi setiap individu. 

Cara kerja 3D food printing dimulai dengan pembuatan desain digital makanan menggunakan perangkat lunak CAD atau aplikasi desain 3D lainnya. Desain kemudian dikonversi menjadi G-code, yang berisi instruksi untuk printer 3D. 

3D food printing menggunakan sel induk hewan yang dibiakan di laboratorium. Sel yang telah dibiakkan dicampur dengan bioink, yaitu bahan yang dapat dicetak menggunakan printer 3D. Sel yang telah dicampur dengan bioink dimasukkan ke dalam cartridge atau tabung printer. Printer 3D kemudian mengekstrusi bahan makanan menjadi lapisan sesuai dengan instruksi G-code dan membentuk struktur makanan secara bertahap dengan presisi tinggi. 

Setelah pencetakan selesai, makanan memerlukan proses tambahan seperti pemanasan, pendinginan, pemanggangan, atau pengukusan untuk mencapai tekstur dan rasa yang diinginkan sebelum akhirnya siap disajikan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline