Pendidikan adalah usaha untuk memberi setiap orang kesempatan untuk mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran, serta metode lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat. Pendidikan yang baik diharapkan dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas, yang mampu bersaing di dunia global, dan mampu memajukan bangsa. Komponen yang tidak dapat dipisahkan dengan pendidikan adalah kurikulum.
Kurikulum memiliki peranan penting dan menjadi hal mendasar di dalam dunia Pendidikan. Kurikulum adalah jantungnya pendidikan, baik atau buruknya hasil pendidikan ditentukan oleh kurikulum (Asri, 2017). Salah satu upaya pemerintah untuk mewujudkan Pendidikan yang berkualitas adalah dengan menerapkan Kurikulum Merdeka. Kurikulum Merdeka bersifat fleksibel, inovatif dan bertujuan untuk mengembangkan kapasitas diri peserta didik secara optimal. Kurikulum merdeka atau bisa disebut dengan Pendidikan Paradigma baru ini diharapkan dapat mengakomodasi berbagai keberagaman yang ada pada guru maupun peserta didik.
Menurut Marisi Butarbutar, dkk (2023), keberagaman berarti memahami setiap individu dengan keberagaman yang dimilikinya. Peserta didik itu unik, berbeda, dan istimewa dari yang lain, karena hal tersebut karakter, kebutuhan, minat, bakat dan potensi yang dimiliki pun berbeda-beda. Keberagaman karakteristik peserta didik menjadi salah satu tantangan bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran. Kemampuan guru dalam mengakomodasi keberagaman karakteristik dan minat peserta didik adalah kunci keberhasilan proses pembelajaran itu sendiri.
Keberhasilan pembelajaran bergantung pada kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran di dalam kelas. Kegiatan belajar mengajar harus lebih berpihak kepada peserta didik, sejalan dengan salah satu prinsip Kurikulum Merdeka yaitu peserta didik diberi kesempatan untuk memilih pelajaran yang sesuai dengan minat dan bakatnya, serta belajar melalui proyek-proyek yang menantang dan bermakna. Strategi pembelajaran yang dapat mendukung implementasi Kurikulum Merdeka dengan memberikan fleksibilitas kepada guru untuk menyesuaikan proses pembelajaran dengan karakteristik dan potensi peserta didik adalah pembelajaran berdiferensiasi.
Diferensiasi adalah proses belajar mengajar di mana peserta didik mempelajari materi pelajaran berdasarkan kemampuannya, apa yang mereka sukai, dan kebutuhan individu mereka sehingga mereka tidak frustrasi dan merasa gagal selama proses pembelajaran (Breaux dan Magee, 2010; Fox & Hoffman, 2011; Tomlinson, 2017). Maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran diferensiasi adalah suatu pembelajaran yang mempertimbangkan minat peserta didik , profil belajar, dan kesiapan peserta didik untuk mencapai hasil belajar yang lebih baik. Dalam pembelajaran diferensiasi dapat mengubah isi pelajaran, proses pembelajaran, produk atau hasil pembelajaran yang diajarkan, dan lingkungan belajar. Guru mampu menentukan bagaimana dan seperti apa aspek-apek diferensiasi diterapkan dalam proses pembelajaran. Terdapat empat aspek diferensiasi yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran, yaitu diferensiasi konten, proses, produk dan lingkungan belajar. Berikut pembahasan keempat aspek tersebut.
- Konten
Diferensiasi konten merupakan penyesuaian terhadap materi pelajaran dengan kebutuhan, minat dan kemampuan peserta didik. Guru dapat memberikan tingkat kesulitan materi berdasarkan tingkat kemampuan peserta didik.
- Proses
Diferensiasi proses merujuk pada penyesuaian cara guru menyampaikan materi kepada peserta didik. Diferensiasi proses mempertimbangkan gaya belajar yang dimiliki oleh masing-masing peserta didik baik audiotori, vidual maupun kinestetik. Guru dapat menggunakan beberapa cara dalam menyampaikan materi baik dengan video pembelajaran, demonstrasi dan lain-lain.
- Produk
Diferensiasi produk ini sendiri merupakan hasil belajar dari peserta didik yang berbeda-beda. Diferensiasi produk tidak hanya berupa barang, produk belajar peserta didik dapat berupa presentasi, poster, karya tulis, lagu, video, atau bentuk ekspresi lainnya yang relevan dengan tujuan pembelajaran dan standar kompetensi. Yang penting, produk tersebut harus menunjukkan pemahaman peserta didik tentang materi dan tujuan pembelajaran.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa paradigma baru dalam pembelajaran menghubungkan antara penilaian, kurikulum, dan pembelajaran. Kurikulum berfungsi sebagai skema pembelajaran yang dirancang untuk guru dan peserta didik . memberi tahu orang tentang tujuan dan pengetahuan yang diperlukan untuk mencapainya. Setiap peserta didik harus diberi kesempatan belajar yang sesuai dengan tahap perkembangan dan tingkat pencapaiannya. Akibatnya, kurikulum yang digunakan harus mempertimbangkan kondisi peserta didik yang ditentukan melalui penilaian saat mengajar.
Pembelajaran berdiferensiasi adalah cara guru dapat memenuhi kebutuhan setiap peserta didik . Ini berarti peserta didik mempelajari materi berdasarkan kemampuan mereka, apa yang mereka sukai, dan kebutuhan individu mereka. Sehingga membuat peserta didik termotivasi, tertantang dan terlibat aktif dalam proses pembelajaran.