Dulu kau bilang aku si bintang malam,
Yang paling terang di malam yang kelam.
Kini aku sadar, itu hanya gombalan,
Ternyata aku cuma lampu taman.
Kau sebut aku permata dunia,
Katanya, tiada dua, aku yang utama.
Eh, ternyata, aku cuma cadangan,
Saat yang lain sibuk cari jawaban.
Kau bilang cintamu seluas samudera,
Tapi kok dangkal, kayak genangan hujan saja?
Janji manismu seperti madu lebah,
Eh, pas dicek, cuma gula merah.
Dulu kau bilang aku pelangi,
Indah setelah badai, tak ada yang sepi.
Kini warnaku hilang satu-satu,
Ternyata pelangi murah, buatan pelukis palsu.
Kini aku belajar, cinta tak selalu mulus,
Kadang ada drama, kadang bikin dada dielus.
Tapi tenang, aku tetap ceria,
Hati tertipu? Ya sudah, tertawa saja, lah ya!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H