Lihat ke Halaman Asli

Rika_zz rika

Mahasiswa

E-Coliteracy Guru Muda Sebagai Agent Of Change dalam Pendidikan Era 4.0

Diperbarui: 3 Oktober 2024   11:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Karya Rika Dwi Putri

Dosen Pengampu: Dwi Cahaya Nurani

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Universitas Sriwijaya

Peranan pendidikan memiliki peran yang cukup penting dalam memajukan Indonesia. Pada saat ini sistem pendidikan yang terdapat di Indonesia menggunakan kurikulum Merdeka Belajar. Sebagai seorang pendidik tentu harus memiliki semangat dalam memberikan edukasi terhadap peserta didik untuk semangat dalam belajar. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan ecoliteracy atau yang disebut dengan literasi lingkungan.

Menurut sumber literatur yang dilakukan (Jayanti, 2024) ecoliteracy adalah keterampilan pada diri individu dalam mengembangkan kesadaran terkait dengan pentingnya informasi yang memiliki keterkaitan dengan kelestarian lingkungan. Permasalahan dapat diketahui bahwa masyarakat Indonesia kurang peduli terkait dengan permasalahan sampah, dimana pada tahun 2015 terjadi peningkatan produksi sampah plastic yang memiliki nilai persentase 11%. Berdasarkan hal tersebut tentu harus diberikan edukasi sejak dini dalam menjaga keseimbangan lingkungan alam.

Perkembangan pendidikan para era 4.0 ini mengalami transformasi yang cukup signifikan. Hal tersebut ditandai dengan penggunaan inovasi serta teknologi yang digunakan dalam proses pembelajaran yang dilakukan. Peran guru tidak hanya sebagai memberikan edukasi ataupun pengetahuan secara konstekstual terhadap peserta didik. Namun, peran guru muda sebagai agen perubahan sangat penting, terutama dalam meningkatkan kesadaran dan pemahaman ekologis (ecoliteracy) di kalangan peserta didik.

Menurut Dwi Cahya Nuraini''Peran guru muda sebagai agen perubahan sangat penting dalam mempromosikan kesadaran lingkungan dan keberlanjutan''. Melalui pendekatan yang kreatif, mereka dapat mengajak siswa terlibat dalam proyek berbasis komunitas, seperti kegiatan konservasi dan daur ulang, yang membuat siswa merasa lebih bertanggung jawab terhadap lingkungan. Selain itu, guru muda berkontribusi dalam pengembangan kurikulum dengan mengintegrasikan tema keberlanjutan dan teknologi hijau, sehingga siswa tidak hanya memahami isu-isu lingkungan tetapi juga memperoleh keterampilan relevan untuk masa depan. Dengan membangun kolaborasi antara sekolah, organisasi lingkungan, dan komunitas lokal, guru muda dapat menciptakan program yang lebih komprehensif, seperti lokakarya dan seminar yang meningkatkan pemahaman siswa. Sebagai teladan, mereka menerapkan praktik ramah lingkungan dalam kehidupan sehari-hari, menunjukkan pentingnya keberlanjutan melalui tindakan nyata. Terakhir, penggunaan metode pembelajaran interaktif dan teknologi membuat topik ecoliteracy lebih menarik, membantu siswa memahami konsep kompleks dengan cara yang menyenangkan. Secara keseluruhan, guru muda dapat menciptakan dampak positif yang signifikan dalam membentuk generasi yang lebih peduli dan berkomitmen terhadap keberlanjutan.

Salah satu guru muda dari Sumatera Selatan, Messy Amalia mengungkapkan tantangan yang dihadapi oleh guru muda sebagai agen perubahan. Pertama, kesadaran yang minim di kalangan peserta didik menjadi masalah utama, di mana banyak siswa belum memahami isu-isu lingkungan dan permasalahan yang ada. Selain itu, terdapat juga resistensi terhadap perubahan dari beberapa pihak di lingkungan sekolah yang sulit menerima penggunaan pendekatan baru dalam pembelajaran. Tantangan lainnya adalah kurangnya sumber daya, di mana banyak sekolah di Indonesia tidak memiliki akses yang memadai untuk mendukung pembelajaran ecoliteracy. Ketiga tantangan ini menjadi hambatan bagi guru muda dalam menjalankan perannya dan mengedukasi siswa tentang pentingnya keberlanjutan dan kesadaran lingkungan.Berdasarkan pemaparan tersebut dapat diketahui bahwa guru muda memiliki peran penting sebagai agen perubahan dalam pendidikan di era 4.0, khususnya dalam meningkatkan ecoliteracy. Melalui peranan kepemimpinan, kolaborasi, serta inovasi dari guru muda akan mampu memberikan edukasi terkait dengan menciptakan peserta didik yang sadar akan lingkungan. Mendorong kesadaran ekologis di kalangan siswa tidak hanya bermanfaat bagi mereka, tetapi juga bagi bumi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline