imohon untuk tidak meniru tulisan ini tanpa izin dan jika para pembaca melihat cerita yang sama di lain tempat, harap hubungi penulis.
.
.
Jakarta Selatan, pagi itu sahut menyahut ayam jago milik pak Haji Nasa terdengar. Adzan subuh sedari tadi masih saja membuat para penghuni kontrakan terlelap. Seakan mereka sudah lelah dan berharap uang yang turun dari langit.
Akhir dekade 90-an itu hanya kelabu, bagi kami yang miskin. Setidaknya kontrakan pak Haji Nasa masih bisa dipakai untuk tidur dan mandi. PHK besar-besaran masih mengejar kami dan tanpa henti dibayangi makan hanya singkong karena bahan pangan yang naik. Perkenalkan, saya Daud. Usia sudah 22 tapi saya harus menghidupi 2 adik yang masih SMP.
.
Dua hari lalu kabar terdengar dari warga Kampung Ciliwung, akan ada demo besar-besaran yang meledakan jakarta. JAKARTA AKAN KACAU!, seruan itu memancing obrolan di tengah masyarakat. Kampung di bantaran kali Ciliwung yang berbatasan dengan Jakarta Timur ini masih takut akan kabar penyusup yang siap membakar rumah-rumah warga. Haji Nasa yang tanahnya luas saja sudah mulai kompromi baik terhadap pejabat formal dimulai RT sampai ke para preman pasar. Jawara Betawi itu juga memanggil para pesilat dari Condet, Ciracas sampai Kalibata. jikalau ada rusuh setidaknya kampung ini dijaga, begitu harapnya. Haji Masa membiayai peralatan keamanan warga kampung, para ibu kompak membekali para bapak-bapak kopi dan cemilan untuk berjaga. Anak-anak mulai diberi peringatan untuk jangan mendekat ke arah keramaian.
Sampai suatu ketika..
"Duaaar!!!",
" Allahuakbar!!!"
"Mati kalian!!!"