Bagi kalangan insan mahasiswa komunikasi, erat kaitannya dengan teori Agenda Setting, sebuah teori tua yang memberi kita pengertian bahwa tiap media memiliki agenda yang berusaha membuat suatu isu dapat dianggap penting hingga membuat efek domino di masyarakat.
Untuk pembaca tercinta, izinkan saya bercerita suatu hal. Kesalahan pertama saya memang sepele tapi imbasnya sangat luar biasa menampar. Menjadi mahasiswa Jurnalistik memberi saya pandangan baru yang moderat mengenai tujuan pers sesungguhnya. Bukan lagi soal komodifikasi, lebih dalam membahas secara rinci ruang komunikasi antar pribadi bahkan umat dalam lingkup media. Saya merupakan orang yang paling malas menganalisis teks berita dan kesalahan itu berakibat fatal dikemudian hari. Manakala saya mulai meneliti soal media besar di Indonesia yang berhipotesis memiliki pengaruh besar kepada masyarakat, justru peran media itu sendiri yang tidak saya cermati. Saya hanya menyebutkan beberapa berita tanpa saya cermati bagaimana proses penyampaian berita tersebut meliputi durasi, bentuk tayangan, frekuensi kemunculan, dll. Hasilnya membuat suatu penelitian berkaitan agenda setting kelihatan lunak, kurang perfect dan belum bisa dikatakan tepat bagi masyarakat.
Pertama, agenda setting memang dalam Foss, Little jhon dan segenap tokoh lainnya memberi pengertian tentang peran media yang menganggap suatu isu penting akan memiliki hal yang sama di masyarakat sebagaimana cermin. Sebenarnya bukan tugas kita sepenuhnya yang hanya memberi tahu pembaca untuk mengetahui definisi yang kita sadur dari buku, internet, jurnal. Melainkan, fokus dari agenda setting itu sendiri.
Littlejhon membelah proses Agenda Setting menjadi tiga bagian utuh yang masing-masing memiliki poin terperinci. Agenda Media yang menyajikan pemberitaan dari sisi media itu sendiri, penampilan isu yang sering melalui durasi, cara penyampaian, hal itu dibahas secara utuh hingga nantinya disampaikan ke muka publik. Apakah pemberitaan suatu isu misal:pembunuhan memiliki rating tinggi? Bagaimana dengan pemberitaan di masyarakat? Apakah rating tersebut juga berlaku di publik? Maka, tugas mahasiswa sebagai peneliti sebenernya juga mencari pembeda antara rating media dengan publik. Sebagaimana teori agenda setting yang erat dengan media konvensional, misalnya televisi. Mahasiswa juga harus memiliki argumen kuat, apa yang melatarbelakangi agenda setting di suatu perusahaan media? Apa yang media itu capai? Pemberitaan apa yang memiliki rating tinggi? Bertahan berapa lama suatu isu dapat rating tinggi? Bagaimana di masyarakat, apakah terdampak? Apa masyarakat terpengaruh?
Pembahasan kompleks mengenai agenda setting semestinya dapat menjadi bahan akademik yang patut dibahas lagi oleh kalangan akademisi dan mahasiswa sebagai peneliti. Berkaitan dengan teori, kasus atau isu yang erat dengan teori ini antara lain: pemilu, Terorisme, ekonomi: kabar pasar dan hukum: pembunuhan. Teori ini dirasa masih sangat baik digunakan oleh mahasiswa Komunikasi kasusnya jurusan Jurnalistik. Tetapi, jangan sampai memiliki celah dalam penelitian untuk jurnal-skripsi. Agenda setting bukan hanya soal keterkaitan dengan media konvensional tapi juga berusaha membuktikan bahwa rating media dan publik itu sama, kalau memang mahasiswa mencari pengaruhnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H