Lihat ke Halaman Asli

Rijo Tobing

TERVERIFIKASI

Novelis

Lima Tips Menulis Cerpen yang Berkesan

Diperbarui: 20 Maret 2021   14:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"The Cringe Stories" - dokpri

Sebagai penulis, saya terlambat memulai berkarya. Ketika penulis lain mulai berkarya di usia dua puluhan, saya baru melahirkan karya pertama pada usia 34 tahun, setelah berkeluarga dengan dua anak. 

Apa yang menjadi motivasi saya ketika itu? Keinginan untuk meninggalkan warisan yang tidak akan lekang dimakan waktu. Harta akan habis dimakan rayap dan ngengat. Warisan dalam bentuk karya tulis akan ada untuk anak-anak saya dan keturunan mereka jauh sesudah saya tidak ada lagi di bumi ini. 

Saya memegang betul kata-kata almarhum Pramoedya Ananta Toer bahwa menulis adalah bekerja untuk keabadian. Dan itu cukup. 

Sebagai penulis, saya memulai dengan tulisan fiksi yaitu cerpen. Tulisan nonfiksi yang bersifat opini, reviu, dan sejenisnya sudah biasa saya kerjakan sejak di bangku kuliah sampai di dunia kerja, karena menyangkut fakta, data, dan opini. Menulis fiksi memerlukan lebih banyak energi karena ada unsur imajinasi, selain fakta dan opini, tentu saja.

Menulis cerpen itu ibaratnya berlari sprint yang berjarak pendek. Saya dipaksa "memasak" karakter, setting, alur, dan tujuan penceritaan dalam waktu singkat dan ruang terbatas, yang membuat pembaca betah membaca sampai akhir. Menulis cerpen adalah latihan yang tepat untuk menulis novel. Jika menulis cerpen adalah lari sprint, maka menulis novel adalah lari maraton.

Sejak tahun 2016 sampai sekarang saya sudah menulis beberapa buku, yaitu:

  1. Randomness Inside My Head. Kumpulan cerpen, bahasa Inggris, 2016.
  2. Bond. Novel, bahasa Inggris, 2018.
  3. The Cringe Stories. Kumpulan cerpen, bahasa Indonesia, 2020.
  4. Crazy Sick 2020. Kumpulan esai, bahasa Indonesia, 2020.
  5. December. Novel, bahasa Inggris, segera terbit April 2021.

Dalam sebuah wawancara yang saya lakukan beberapa waktu lalu untuk promosi acara peluncuran buku "The Cringe Stories", saya ditanya tips yang manjur untuk menulis cerpen. Jujur saja, pertanyaan ini membuat saya berpikir cukup keras. Untuk saya yang memang biasa menulis fiksi, ditanya tentang mengapa begini, mengapa begitu dalam menulis, membuat saya mengambil langkah mundur untuk menganalisa apakah cara kerja saya sudah benar. 

Lagi-lagi, di dalam dunia kreatif tidak ada proses yang benar atau salah. Yang ada hanya proses yang menghasilkan output yang paling tepat dengan input  yang ada, dan pada konteks yang diminta. 

Saya akan menjawab dengan menarik mundur sejak kapan saya mulai suka menulis.

Jawabannya adalah sejak saya berusia 6 tahun sewaktu saya masih duduk kelas 1 SD. Ketika itu saya sengaja berbohong kepada wali kelas tentang tanda tangan ibu saya di buku agenda sekolah, hanya untuk melihat reaksinya. Saya penasaran ibu guru akan semarah apa. Ternyata besoknya ayah saya dipanggil dan saya diperkenalkan ke perpustakaan sekolah. Wali kelas dan ayah saya mendorong saya untuk meminjam banyak buku setiap minggunya, banyak membaca, dan mencoba membuat cerita fiksi versi saya sendiri. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline