Hampir dua dekade lalu saya pernah menemani kakak sepupu saya berkeliling untuk pilih sekolah di bilangan Jakarta Pusat untuk anaknya yang sulung. Anaknya, yang notabene adalah keponakan saya, ingin masuk ke sebuah sekolah bergengsi. Saya tanya dia: bergengsi dalam artian apa? Katanya, yang kegiatan ekstrakurikulernya adalah berkuda dan polo air.
Wew, itu ya definisi bergengsi buat orang Jakarta.
Buat saya yang datang dari Bandung dengan latar belakang sederhana, sekolah yang menyediakan kuda lengkap dengan istal dan lintasan berkuda, kolam renang pribadi lengkap dengan pelatih renang, adalah sekolah yang too good to be true. Seperti di dalam mimpi saja, walaupun saya duga sekolah-sekolah di kota Jakarta banyak yang menyediakan fasilitas lebih lengkap dari itu.
Ketika menilik sejarah hidup saya sendiri, saya baru menyadari bahwa sekolah tempat saya dan adik-adik saya mengenyam pendidikan sebagian besar adalah sekolah yang kami pilih sendiri,kecuali untuk tingkat TK dan SD. Waktu anak saya yang sulung sudah berusia cukup untuk masuk ke Taman Kanak-Kanak, saya bertanya kepada kedua orang tua saya, apa pertimbangan mereka dalam memilih sekolah untuk anak-anak mereka.
Hasil diskusi kami akan saya sarikan sebagai poin-poin berikut ini:
1. Apa yang diajar
Buat orang Indonesia, agama dan iman itu penting. Pendidikan yang berlandaskan nilai-nilai agama dan untuk memperkuat iman adalah bagian dari kurikulum kebanyakan keluarga atau orang tua di Indonesia. Hal inilah yang menjadi asas pertama bagi kedua orang tua saya dalam memilih sekolah untuk kami.
Apa yang diajar? Apakah materi pendidikan yang diajar meliputi nilai-nilai agama, moral, dan etika? Apakah dengan bersekolah di sana anak saya akan bertumbuh imannya? Itu adalah hal pertama yang mereka cari, mereka kejar, dan mereka diskusikan dengan pihak sekolah ketika masih dalam tahap survei.
Tidak melulu soal kurikulum, yang pada Orde Baru diatur sangat ketat oleh pemerintah, tapi melampaui itu. Ini soal menemukan partner paling tepat untuk mendidik kami menjadi manusia seperti apa.
Oleh karena saya beriman Kristen, orang tua saya mementingkan pendidikan agama Kristen sejak usia sangat dini. Mereka juga memilih TK dan SD untuk saya dan adik-adik yang menjalankan waktu devosi, berdoa dan merenungkan Firman Tuhan bersama teman-teman sekelas setiap paginya, dan kebaktian bersama seluruh siswa di sekolah setiap minggunya.