Kemarin saya membaca sebuah artikel di Kompasiana yang membuat saya terhenyak. Artikel tersebut menyoal PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) yang ditenggarai sudah memakan korban pertamanya. Artikel tersebut kemudian menguraikan sebuah kasus pembunuhan anak oleh ibu kandungnya dan menyambungkannya dengan PJJ.
Apa pasal? Si anak, yang merupakan salah satu dari sepasang saudara kembar, tidak kunjung mengerti waktu sang ibu mengajarinya materi pelajaran di sekolah. Sang ibu yang kehilangan kesabaran kemudian memukuli anaknya secara bertubi-tubi sampai ia meregang nyawa.
Tak sampai di situ, suaminya pun bersekongkol untuk menguburkan jenazah sang anak secara diam-diam sejauh ratusan kilometer dari tempat mereka bermukim.
Yang membuat saya terhenyak sebenarnya sedikit sangkut pautnya dengan kasus kekejian tersebut. PJJ dan pembunuhan adalah dua hal yang sangat berbeda, sama berbedanya antara mobil dan mangga. Beberapa poin acak yang justru muncul di benak saya adalah sebagai berikut:
- Tanggung jawab moral sebagai penulis
- Implikasi dari kecacatan logika (logical fallacy)
- Aplikasi PJJ dan peran stakeholder terkait
Tanggung jawab moral sebagai penulis
Seorang penulis memiliki wewenang penuh atas tulisannya. Ia berhak menentukan judul, isi, dan kesimpulan dari hal yang ia tulis. Akan tetapi, sebagaimanapun ia ingin tulisannya dibaca oleh orang lain, ia bertanggung jawab secara moral terhadap pertama-tama dirinya sendiri.
Judul yang clickbait adalah sah jika isi tulisan memang memberi manfaat pada pembaca. Judul yang clickbait tanpa isi tulisan yang berfaedah hanya berujung menjadi sampah di belantara dunia maya yang sudah terlalu berisik oleh berbagai pemberitaan dan opini.
Oleh karena itu, sebelum menulis seseorang semestinya melakukan dua hal berikut ini:
- Riset
Apakah penulis memiliki kompetensi di bidang yang ia ingin bahas? Saya ambil sebuah contoh, apakah Anda akan mempercayai tulisan dari seorang kuli bangunan mengenai aman tidaknya berenang di kolam renang umum semasa pandemi?
Saya pribadi tidak akan mempercayai tulisan itu. Soal pandemi, soal kesehatan personal dan masyarakat, saya serahkan kepada orang-orang yang memang berkompetensi di situ, yang terdidik dan terlatih di bidang itu, seperti para dokter, perawat, dan tenaga kesehatan lainnya.
Banyak orang akan menyanggah dengan fakta bahwa kebanyakan dari kita tidak bekerja sesuai dengan latar belakang pendidikan kita. Memang benar, tapi setidaknya orang akan melihat latar belakang pekerjaan dan karir kita yang terakhir untuk menilai kefasihan kita dalam membicarakan sebuah perihal.