Lihat ke Halaman Asli

Rijo Tobing

TERVERIFIKASI

Novelis

Masakan Mama adalah Masakan Terenak di Dunia

Diperbarui: 29 Agustus 2020   00:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber gambar: VectorStock.com

Bukan masakan saya sebagai mama, tapi masakan Mama saya.

Hari Senin lalu adik saya yang bungsu menelepon saya. Kami mengobrol sangat lama, bertukar kabar sekaligus gosip tentang pekerjaan, keluarga besar, perkembangan anak-anak saya, dan lain sebagainya. Dia cerita bahwa dia baru saja mempekerjakan asisten rumah tangga untuk memasak dan membersihkan rumah.

Sebagai bujangan, selama ini dia hidup tergantung pada G*Food dan Gr**Food untuk memenuhi kebutuhan makan. Selain praktis, dia juga gemar memanfaatkan segala macam promo dan diskon yang ditawarkan. Saya tanya, apa yang membuat dia akhirnya memutuskan memakai ART, karena yang saya tahu dia sangat mementingkan privasinya di rumah. Jawaban dia adalah:

"Kalau beli makanan di luar, sampah plastiknya ga nahan."

Benar juga, ya. Keluarga saya hampir tidak pernah menggunakan jasa food-food tersebut jadi kami tidak begitu ngeh dengan perbedaan kemasannya. Bulan lalu kami berkunjung ke rumah adik saya itu dan dia memesan makanan untuk kami semua dari sebuah restoran populis di mal di dekat rumahnya. Betapa terkejutnya saya waktu makanan itu datang.

Makanan yang diantar menggunakan sangat banyak kantong plastik. Kantong plastik paling luar adalah kantong plastik yang kontak langsung dengan tangan pengemudi ojol dan udara di jalan raya. Kantong plastik ini diikat dengan cable ties sebagai tanda baru dipak oleh restoran dan untuk keamanan dalam membawanya. Kata adik saya, praktek ini baru ada sejak pandemi terjadi.

Kantong plastik di bawahnya adalah kantong plastik yang berisi makanan yang dibeli. Kantong ini ada beberapa, tergantung jenis makanannya.  Waktu itu adik saya memesan menu paket dan beberapa hidangan tambahan seperti salad dan gorengan. Walhasil jumlah kantong plastik yang saya lihat ada ... lima buah.

Tiga kantong plastik untuk menampung enam menu paket, dan masing-masing satu kantong untuk menu lain. Makanannya sendiri ada yang dibungkus dengan stereofoam, ada yang dengan kantong plastik (lagi), dan ada yang dengan kotak kardus. Selain itu ada plastik pembungkus sumpit.

Yang makan enam orang, tapi sampah yang memenuhi tempat sampah ada segunung. Oke, saya lebay, tapi intinya tempat sampah itu langsung penuh. Adik saya melanjutkan, "Bayangin aku makan tiga kali sehari, tiga puluh hari dalam sebulan, dua belas bulan dalam setahun. Berapa sampah yang aku bikin?"

Tidak terbayang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline