Lihat ke Halaman Asli

Rijo Tobing

TERVERIFIKASI

Novelis

Di Bawah Pohon Sakura yang Mati

Diperbarui: 8 Agustus 2020   15:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Facebook Kim Woo Bin Thai Fans

Di lapangan berumput hijau di seberang gedung pertukaran mahasiswa asing ada sebuah pohon Sakura yang sudah lama mati.

Ingatkah kamu?

Batangnya besar, diameternya setengah dari lingkaran kedua lenganmu. Ranting-rantingnya menjulang tinggi menggapai langit. Satu, dua tahun, satu, dua dekade semua orang menunggu bunga mekar padanya. Namun tidak ada yang terjadi. Jangankan bunga, sepucuk daun hijau pun tak tumbuh.

Kamu sangat suka bersandar pada pohon itu. Kamu bilang kasihan jika ia kesepian. Sebab tidak ada yang mendatanginya; ia dijauhi orang karena tidak memberikan keteduhan.

Pada permulaan musim gugur ketika kita datang, pohon Sakura yang sudah lama mati itu tegak berdiri. Tanpa mahkota, sama seperti pohon-pohon Sakura lain yang meranggas di sampingnya. Dia tidak terlihat berbeda dari yang lain, sampai saat musim semi tiba. Ketika satu demi satu tunas hijau bermunculan pada pohon lain, pohon itu tidak berubah. Sebuah sosok tinggi, gagah, tanpa sedikit pun tanda-tanda kehidupan.

Pada musim semi, satu demi satu pohon Sakura berdandan, bunga-bunga bermekaran, kapan pun kita mendongak untaian warna putih dan merah muda menghiasi cakrawala. Seperti halnya banyak orang yang sengaja datang ke kampus kita untuk hanami, kita pun menikmati duduk dalam hening di bawah pergola Sakura. Melewatkan waktu yang berjalan lambat, atau kita yang sedang tak ingin tergesa-gesa.

Di situ kita bercakap-cakap tentang masa depan, tentang latar belakang, tentang harapan dan impian. Pada permulaan usia 20-an kita berdua adalah orang-orang optimis. Kita belum tahu bahwa hidup punya caranya sendiri untuk mengubah kita menjadi orang yang getir, pahit, dan selalu bertanya-tanya. Kita tidak percaya bahwa waktu dan jarak pada akhirnya akan merenggangkan kita.

Bukan di situ kamu menyatakan cinta, namun di situ kamu membaringkan tubuh, memejamkan mata, dan menikmati belaian angin. Di lapangan berumput hijau itu, di bawah pohon Sakura yang sudah mati itu, dan di seberang gedung yang kita kerap kali sambangi itu, aku menatapmu dengan rasa sayang yang membuncah.

Bertahun-tahun kemudian aku menyaksikan drama Korea ini. Tentang dua orang yang awalnya tidak saling menyukai dan akhirnya saling jatuh cinta, seperti premis di sejuta drama Korea lainnya. Tentang salah satu dari mereka yang meregang nyawa. Tentang si wanita yang selalu ditindas dan dibuat menderita. Tentang aktornya yang kemudian sakit berat seperti karakter yang diperankannya.

Aku lupa pada episode berapa, ada adegan si pemeran utama pria meletakkan kepalanya di pangkuan si pemeran utama wanita. Ia memejamkan mata dan tidur, atau berpura-pura tidur. Si wanita bergeming. Suasana begitu damai, ia sungkan membangunkan si pria. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline