Lihat ke Halaman Asli

Rijo Tobing

TERVERIFIKASI

Novelis

Segitiga Pembuatan Fiksi: Membaca, Menonton, dan Menulis

Diperbarui: 19 Juni 2020   12:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cover karya fiksi Rijo Tobing. Dokpri

Apa itu fiksi?


Fiksi adalah cerita yang dikhayalkan oleh seorang penulis tentang sebuah karakter (manusia atau hewan) yang berada pada setting (tempat dan waktu) tertentu untuk mencapai sebuah tujuan.

Kunci dari kata fiksi adalah khayalan.

Fiksi bisa saja terinspirasi oleh karakter, peristiwa, dan periode yang nyata, tapi alur dan tujuan cerita mesti dijaga supaya fiksi tidak menjadi penceritaan ulang sebuah sejarah yang telah diketahui oleh banyak orang.

Saya yang bergerak di dalam pembuatan fiksi berpendapat bahwa ada tiga aktivitas yang harus dilakukan secara berimbang untuk menghasilkan sebuah karya fiksi yang berkualitas, yaitu: membaca, menonton, dan menulis.

Relasi di antara ketiga aktivitas tersebut saya gambarkan sebagai berikut:

dokpri


Kegiatan membaca dan menonton saya taruh di dua sudut paling atas karena kedua aktivitas ini memiliki porsi yang sama besar. Seseorang pertama kali mengenal fiksi pasti dari buku yang ia baca dan/atau film yang ia tonton. Melalui buku dan film ia mengenal dunia dan semesta yang dikhayalkan dan diciptakan oleh orang lain.

Membaca dan menonton adalah dua aktivitas yang saling timbal balik dan saya memakai dua tanda panah berlawanan arah untuk melambangkan hal ini. Sebuah karya fiksi yang dibukukan bisa mendorong orang untuk menonton bentuk karya tersebut berupa film, atau sebaliknya.

Pencipta fiksi menciptakan karakter dan menulis alur berdasarkan nilai-nilai yang ia anut. Pemateri sebuah workshop menulis skrip film yang saya pernah ikuti berkata bahwa hanya ada lima nilai yang dijewantahkan oleh seorang penulis fiksi di dalam karyanya, yaitu pandangan pribadinya terhadap agama, politik, uang, cinta, dan (maaf) seks.

Menurut saya pendapat ini ada benarnya. Kita ambil contoh karya fiksi di dunia Barat dan Timur. Di dunia Barat, seks bukanlah sebuah hal yang tabu untuk dibicarakan, namun sebaliknya di dunia Timur. Oleh karena itu karya fiksi yang secara eksplisit lewat kata-kata atau adegan menampilkan aktivitas seksual akan lebih laku di dunia Timur daripada di Barat. Di dunia Barat ini dianggap biasa, di dunia Timur ada thrill dan excitement yang lebih karena ketabuan dan keterbatasan eksposurnya di dalam kehidupan sehari-hari.

Melalui aktivitas membaca dan menonton kita bisa mengenal berbagai macam teknik bercerita yang sebenarnya hanya berjangkar pada karakter dan alur. Setting pasti berubah seiring dengan pergerakan karakter dan tujuan pasti sudah ditentukan di awal penulisan karya. Jadi, yang bisa diutak-atik untuk membuat sebuah karya fiksi lebih memikat hati pembaca dibandingkan karya lainnya hanyalah karakter dan alur.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline