Lihat ke Halaman Asli

Rijo Tobing

TERVERIFIKASI

Novelis

Masakan Paling Enak di Dunia adalah yang Dimasak Orang Lain

Diperbarui: 14 April 2020   22:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber gambar: dokpri


Itu quote ciptaan saya hari ini.

Setelah 4.5 minggu anak-anak belajar di rumah, hari ini saya mengibarkan bendera putih untuk urusan masak-memasak.

Bukannya saya tidak bisa memasak, bukannya saya tidak mau. Saya hanya bosan dan berat sekali melangkah ke dapur hari ini. Rasa malasnya sudah di ubun-ubun. Parah sekali ya?

Saya rindu makan di luar, saya rindu Gr*bfood, saya rindu take away. Apa daya kebanyakan restoran favorit di sekitar rumah sudah tutup gara-gara Covid-19. Yang masih buka hanya jaringan makanan cepat saji yang melarang konsumennya untuk makan di tempat.

Yah, tidak ada lagi sambil makan sambil main di playground untuk anak-anak. Lumayan lho, Mama bisa browsing Instagram sejenak untuk membaca gosip-gosip seputar artis Korea.

Mungkin frekuensi memasak yang terlalu sering yang membuat saya bosan. Bangun pagi pukul 7 harus menyiapkan sarapan. Pukul 8 anak-anak mulai online; saya mondar-mandir antara dua komputer untuk mendampingi mereka belajar.

Eh tiba-tiba sudah pukul 11, waktu untuk memasak makan siang. Selesai makan dan sebagainya sudah pukul 1 lewat. Anak-anak online lagi sampai pukul 3. Di akhir pelajaran muncul pertanyaan, "Mama, apa snack sore ini?" Saya pun tergopoh-gopoh membuka kulkas dan lemari makan.

Setelah istirahat dan makan sebentar mereka lanjut les musik online. Tahu-tahu sudah pukul 6, waktunya memasak makan malam. Makan dan cuci piring selesai sekitar pukul 8, terkadang lebih malam dari itu karena anak-anak minta dikupaskan buah.

Dalam kondisi bosan saya jadi mudah mengeluh dan berandai-andai. Andai pandemi berhenti besok. Semua bisa kembali ke kehidupan normal. Bekerja ya di kantor, bersekolah ya di sekolah. Kita tidak menghindar lagi kalau bertemu orang lain. Jabat tangan dan sapa hangat akan dijalani kembali.

Ini harapan, doa yang tak putus-putusnya dipanjatkan ke hadirat Yang Maha Kuasa. Sementara ini, saya harus beradaptasi dengan apa yang ada.

Rice cooker yang besar dikeluarkan supaya tidak usah memasak nasi dua kali dalam sehari. Biasanya cukup memasak nasi satu kali karena suami makan siang di kantor dan anak-anak di sekolah. Sekarang semua berkumpul di rumah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline