Terus terang...
saya tidak tahu, hehehe.
Oleh karena pembaca sudah mampir di sini, ijinkan saya berbagi hipotesa berdasarkan pengalaman saya, bagaimana sebuah tulisan bisa dipilih sebagai artikel utama di platform blog Kompasiana.
Saya mulai menulis di Kompasiana pada tahun 2017, sebagai salah satu upaya personal branding sebagai penulis. Iya, saya akui motivasi tersebut tidak terdengar inspiratif, tapi memang begitu adanya.
Sampai saat ini saya sudah menulis 78 artikel, dengan 61 artikel masuk kategori Pilihan (78%) dan 16 artikel masuk kategori Artikel Utama (20%). Berdasarkan jumlah poin yang saya kumpulkan, saya masuk ke kategori Taruna, level ke-3 dari total 7 level di Kompasiana.
Dua tahun lalu saya tiba-tiba kehilangan minat dan tidak sanggup menulis lagi, baik di Kompasiana maupun di blog pribadi. Penyebabnya adalah kegiatan menulis saya di Kompasiana yang menggeser fokus dan alasan mengapa saya menulis.
Jumlah view,
jumlah like,
dan jumlah komentar yang diberikan pembaca di setiap artikel yang saya tulis.
Jumlah poin yang saya harus kumpulkan untuk mencapai level-level di Kompasiana.
Semua itu menjadi noise, menjadi gangguan yang membuat saya mengabaikan voice di dalam sanubari.
Voice yang seharusnya saya ikuti dalam menulis apa pun itu adalah: