Happy Valentine's Day!
Tentu kita sudah familiar dengan seruan di atas untuk merayakan hari kasih sayang/hari cinta yang jatuh pada tanggal 14 Februari setiap tahunnya. Sama seperti tanggal 1 Januari yang dirayakan sebagai penanda tahun yang baru di kalender Masehi yang dipakai secara internasional, Valentine's Day juga dirayakan secara internasional. Semua orang yang terekspos dengan sumber berita dan informasi pasti tahu semua kehebohan, pernak-pernik, kebiasaan, dan barang/jasa yang diperdagangkan khusus untuk menyambut hari ini.
Asal-usul Valentine's Day bisa dibaca di sini. Kebenaran dan kesahihan informasi yang ada di artikel tersebut tidak bisa saya konfirmasi ya, karena semua orang bisa menulis apa saja di Wikipedia. Yang pasti Valentine's Day sejak dua puluh tahun terakhir bukan melulu tentang pasangan kekasih, tapi merambah juga ke ungkapan kasih sayang antar anggota keluarga, saudara, teman, dan lain sebagainya. Yah, pinter-pinternya orang marketing saja untuk mencocokkan produknya dengan momen Valentine's Day. Jadi jangan heran kalau sebuah produk detergen pun menjanjikan baju yang super harum dan lembut setelah dicuci, demi penampilan terbaik Anda saat makan malam romantis dengan pasangan (halah).
Nah, mari kita membahas White Day sekarang.
Saya pertama kali tahu tentang White Day waktu SMA dan sedang menggandrungi serial cantik komik Jepang. Dari alur cerita beberapa komik saya mendapat informasi kalau di Jepang sana Valentine's Day adalah hari untuk wanita mengungkapkan rasa cinta pada pria dengan cara memberikan cokelat (atau hadiah lainnya). Rasa hati tak enak dong jika tidak membalas hadiah yang sudah diberikan. Maka ditetapkanlah White Day yang jatuh satu bulan setelah Valentine's Day sebagai hari di mana pria mempunyai kesempatan untuk membalas cokelat/hadiah tersebut sebagai tanda membalas perasaan si wanita.
Pikiran saya waktu itu ada dua:
- Wanita Jepang agresif ya? Mungkin anak-anak jaman now sudah berbeda jauh dengan generasi saya 20 tahun lalu, tapi sepanjang saya menempuh pendidikan SMA di Bandung hampir tidak terdengar ada wanita yang menyatakan suka lebih dulu pada pria. Persepsi waktu itu, ini hal tabu. Pria masih dipandang sebagai pihak yang mengejar dan wanita dipandang sebagai pihak yang menerima/menolak tawaran untuk masuk ke dalam suatu hubungan romansa. Memang sih, ada saja pria-pria pemalu yang sulit untuk berkata suka (walaupun jelas-jelas wanita yang diincarnya mempunyai perasaan yang sama), tapi tetap saja urusan "tembak-menembak" itu masih merupakan dominasi kaum pria. Pernah saya dengar di angkatan adik saya seorang wanita yang menembak duluan dan si pria menerima. Pria itu kemudian curhat ke adik saya kalau harga dirinya turun sedikit karena bukan dia yang menyatakan suka duluan, dan seharusnya wanita itu sabar menunggu sampai si pria siap menaklukkan. Masuk akal sih. Dan lebay. Haha.
- Bagaimana kalau si pria tidak suka pada wanita yang memberinya cokelat? Jadi ruwet deh. Kalau cokelat dibalas waktu White Day, nanti si wanita bisa salah paham. Kalau tidak dibalas, rasanya juga tidak enak karena kesannya tidak menghargai pemberian. Untuk menyikapi ini muncul giri-choco, sebuah istilah dalam bahasa Jepang yang artinya courtesy chocolate, atau cokelat yang diberikan hanya karena tata-krama. Kalau menerima giri-choco apa perasaan si wanita tidak makin pedih ya? Dapat cokelat tapi tidak jadian dengan si pria pemberi cokelat. Hiks-hiks. Eh tapi katanya wanita juga bisa memberikan giri-choco ini lho, kepada pria yang ia kagumi dan hormati seperti kakak kelas atau atasan di tempat kerja.
Itu informasi yang saya dapat waktu Mbah Google belum ada ya. Mari kita tilik sekarang apa sih yang sebenarnya dirayakan oleh White Day dan dari manakah kebiasaan ini berasal.
Alkisah pada tahun 1977 sebuah perusahaan permen asal Fukuoka, yang bernama Ishimuramanseido, memasarkan marshmallow (yang pada umumnya berwarna putih) untuk pria hadiahkan pada wanita yang berarti baginya pada tanggal 14 Maret, dan menyebut hari itu sebagai Marshmallow Day. Marshmallow secara perlahan digantikan oleh cokelat putih (white chocolate) yang lebih bergengsi dari marshmallow, dan tanggal 14 Maret pun resmi dinobatkan sebagai White Day. White Day pertama kali dirayakan di Jepang pada tanggal 14 Maret 1978 dan penggerak utamanya adalah National Confectionery Industry Association (NCIA) Jepang yang merasa perlu ada satu hari dalam kalender dimana pria membalas cokelat dan hadiah lain yang mereka terima dari wanita pada Valentine's Day. Dengan kata lain perlu ada satu hari lagi dalam kalender saat orang-orang berbondong-bondong membeli cokelat/makanan manis lainnya.
Jadi berbeda dengan Valentine's Day yang merujuk pada sosok seseorang yang penuh cinta kasih yang hidup sebelum abad ke-14, White Day ini murni strategi marketing. Dengan tujuan apa? Menjual lebih banyak cokelat, permen, marshmallow, dan semua makanan manis yang bisa digolongkan sebagai confectionery. Siapa yang diuntungkan? Tentu saja para pedagang, apalagi yang bisa jualan specialty chocolate dua kali dalam setahun, hehehe.
Apalagi tradisi White Day tidak hanya dirayakan di Jepang, tapi sudah menyebar ke negara Asia lain seperti Korea Selatan, Cina, Taiwan, dan Vietnam. Hadiah balasan yang diberikan pada White Day juga tidak terbatas pada cokelat putih saja, tapi bisa juga cokelat hitam, perhiasan, bahkan lingerie.
Saya tidak menemukan penelitian atau data statistik tentang pergerakan komoditi dan uang selama Valentine's Day di Jepang atau negara lain, namun saya bisa melihat gambaran besarnya hanya dengan melihat semua aktivitas marketing dan gimmick untuk merayakan hari yang katanya spesial ini di Indonesia.