Lihat ke Halaman Asli

Bahaya Laten Deforestasi pada Keanekaragaman Hayati Indonesia

Diperbarui: 17 Mei 2020   20:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: npr.com/battling defeorestation in indonesia, one firm at time

Indonesia yang dijuluki sebagai negara Megabiodiversity dikarunia dengan keanekaragaman hayati (flora dan fauna) yang berada pada peringkat kedua setelah Brazil. Hal ini tidak lepas dari peranan hutan tropis yang tersebar dari pulau-pulau yang ada di Indonesia. Laporan dari FWI pada tahun 2001 menyebutkan bahwa luas hutan tropis di Indonesia mencapai 12 juta hektar pada tahun 1950. Tetapi, hanya dalam rentang waktu 50 tahun setelah itu luas hutan tropis Indonesia menjadi 98 juta hektar dan semakin berkurang setiap tahun. Ini adalah dampak dari adanya kelonggaran aturan dan pengawasan sehingga rentan terjadi deforestasi. Tentu saja hal ini akan secara nyata berdampak pada kemerosotan keanekaragaman hayati di Indonesia.

Apa yang akan anda pikirkan jika mendengar kata deforestasi?

Deforestasi menurut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan adalah kegiatan konversi lahan hutan menjadi lahan bukan hutan, entah digunakan untuk perkebunan, pemukiman, industri, atau area pertanian, dan lain-lain. 

Berdaskan data pantauan dari FWI, pada tahun 1980-1996 laju deforestasi hutan Indonesia mengalami peningkatan dari 1 juta hektar menjadi 2 juta hektar. Kemudian pada tahun 2000-2009 laju deforestasinya menjadi 1,51 juta hektar. Kejadian deforestasi terbesar berada di Pulau Kalimantan dengan total kehilangan lahan sebesar 5,50 juta hektar, dan disusul oleh Pulau Sumatera.

Secara mengejutkan kejadian deforestasi juga mencakup Hutan Lindung dan Kawasan Konservasi, yang mana seharusnya kawasan tersebut adalah area yang digunakan untuk mempertahankan keanekaragaman flora dan fauna Indonesia. Kegiatan deforestasi banyak dilakukan oleh perusahaan-perusahaan swasta maupun masyarakat secara illegal tanpa memenuhi kriteria hutan yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan ekonomi. Tentu saja mayoritas kegiatan ini tidak mengikuti prosedur pembukaan hutan atau lahan yang benar, dan biasanya mereka menggunakan metode yang cukup berbahaya namun cepat yaitu pembakaran dan penebangan hutan secara massive.

Kemudian bagaimana deforsestasi yang terjadi dapat berdampak pada ancaman keanekaragaman hayati?. Ini disebabkan karena konversi lahan hutan menjadi lahan untuk pertanian, pemukiman, dan yang lebih parah adalah menjadi hutan dengan tanaman monokultur (ex: sawit). Hewan secara otomatis akan kehilangan tempat tinggalnya, di mana mereka dihadapkan pada dua pilihan yang sulit dengan hasil akhir yang sama yaitu tetap bertahan di dalam hutan atau keluar hutan dan memulai hidup di luar habitatnya. 

Tentu saja dua pilihan tersebut akan berdampak pada kematian dan potensi kepunahan spesies. Menurut data dari IUCN sudah banyak fauna Indonesia yang terancam punah karena adanya kegiatan konversi lahan ini antara lain Orangutan Borneo (Pongo pygmaeus), Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus), Gajah Borneo (Elephas maximus borneensis), Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis), Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae), dan masih banyak lagi.

Sumber:  Worldwildlife.com/Endangered species threatened by unsustainable palm oil production 

Sumber:  Worldwildlife.com/Endangered species threatened by unsustainable palm oil production 

Deforestasi ini tentu saja akan mempermudah para illegal trader mendapatkan mangsanya, yaitu hewan-hewan langka maupun eksotik untuk bisa diperjualbelikan dengan harga yang tinggi. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline