BOCOR
Syamsul Rijal
Rasanya, tidak ada yang lebih menyakitkan saat ban motor bocor di jalan menanjak tanpa rumah penduduk di sekitarnya; tanpa bengkel apalagi tukang tambal ban. Ditambah lagi, gerimis yang semakin deras. Solusinya, ya mendorong kebasahan sampai batas yang tidak bisa dipastikan.
Di sisi lain, rasanya sungguh menyenangkan, saat soal ujian bocor sebelum hari pelaksanaan ujian tanpa sepengetahuan penguji dan pengawas. Wauuww, sebagian orang mengatakannya, "ini adalah pertemuan antara harapan dan kesempatan". Saat masih sekolah, teman-teman saya menyebutnya "keberuntungan".
Dulu sewaktu SMA, saya aktif di organisasi Pramuka. Kemah merupakan rumah kedua saya. Hingga, saya pernah "murtad" sebagai anak petani karena membenci musim hujan. Bagaimana tidak, hujan menjadi tantangan berat bagi tenda kami yang bocor. Perkemahan dan kegiatan lapangan menjadi berantakan.
Ternyata, tenda bocor di musim hujan belum lebih menyakitkan dibandingkan atap rumah yang bocor saat sakit gigi di tengah malam. Sungguh, ini hanya bisa dirasakan oleh orang-orang yang kuat. Kalau Anda merasa kuat, silakan tinggal di rumah kontrakan di Kota Samarinda yang bayarannya lima ratus ribu per bulan.
Apalagi jika kita hidup bertetangga di rumah kontrakan dengan tetangga yang kata orang mulutnya seperti ember bocor. Wah wah wah, sepertinya energi kita harus dua kali lipat kuatnya jika hanya tinggal di bawah atap rumah yang bocor. Ditambah lagi, jika rekening listrik sering bocor melebihi jumlah pemakaian normal setiap bulan.
Akh, ini mungkin akibat pipa sambungan air ke kerang kamar mandi yang bocor. Makanya, kebocorannya sampai ke pembayaran listrik. Namun yang parah, kebocoran pipa air PDAM yang membuat jalanan basah, berlubang, banjir, hingga macet. Tapi tidak terlalu bermasalah, karena Samarinda adalah kota yang kelebihan air. Yang masalah besar, kalau kantong celana yang bocor. Apalagi jika "kantong anggaran" yang bocor.
Tapi saya masih bersyukur, karena ke-bocor-an yang disebutkan di atas belum seberapa dibandingkan jika paru-paru, jantung, atau pembuluh darah yang bocor; itu jauh lebih menyakitkan, bahkan mematikan. Wah, ini mengerikan; lebih baik tidak dibahas. Saya dan kalian pasti tidak kuat. Bahkan, Dilan pun saya yakin tidak kuat.
Akhir-akhir ini, ada yang lebih mengkhawatirkan tentang sebuah kebocoran, yakni bocornya data pengguna Facebook di seluruh dunia. Facebook terpaksa harus minta maaf kepada seluruh penggunanya. Pemerintah Indonesia juga meradang dan meminta penjelasan dari pihak Facebook atas kejadian itu.
Yang aneh, bos Facebook meminta maaf lewat media cetak di Amerika Serikat atas kebocoran itu. Menurut saya, ini sebuah kebocoran juga, bahwa ternyata bos Facebook sendiri tidak yakin akan kebesaran media yang dia ciptakan. Ini bocoran bagi publik untuk tidak serta merta mempercayai bahwa Facebook adalah media yang dipakai untuk bersosialisasi. Buktinya, pemiliknya sendiri membocorkan ketidakyakinannya atas kepercayaan pengguna Facebook. Mark Zuckerberg sendiri yang membocorkan keraguannya atas media yang telah diciptakan dan dibesarkannya.