- Masjid
Menurut perkiraan, ada 48 masjid yang tersebar di Selandia Baru. Hampir seluruh kota besar di Selandia Baru telah memiliki masjid yang cukup layak.
Masjid yang cukup terkenal yaitu masjid Al Noor, Christchurch yang terletak di Christchurch. Ini merupakan masjid yang cukup terkenal karena ini merupakan masjid yang terkenal paling selatan di dunia hingga tahun 1999.
Terdapat pula sebuah masjid yang terletak di Christchurch yaitu Linwood Islamic Centre yang diketahui dibuka pada tahun 2018 dan merupakan masjid bekas gereja.
- Insiden
Pada tanggal 15 Maret 2019, masjid Linwood Islamic Centre bersama dengan Masjid Al Noor, Christchurch sasaran penembakan dalam tragedi Penembakan masjid Christchurch. 7 orang di masjid Linwood meninggal dunia. Jumlah korban dilaporkan bahwa 10 orang meninggal dunia dan 3 diantaranya berada di luar masjid.
- Sejarah
Selandia Baru memiliki populasi sekitar 4 juta. Sekitar 80 persen dari populasinya adalah turunan Eropa. Suku Maori adalah grup etnik kedua terbesar (14,7 persen). Sementara itu, jumlah orang Asia yang bermukim di Selandia Baru mencapai 6,6 persen, melewati jumlah orang dari Kepulauan Pasifik (6,5 persen). Kristen adalah agama dominan di Selandia Baru meskipun hampir 40 persen populasinya tidak memiliki agama. Menurut hasil sensus, agama minoritas lain adalah Hindu, Buddha, dan Islam. Diperkirakan, saat ini terdapat lebih dari 36 ribu Muslim di Selandia Baru walaupun harus diakui sangat sulit untuk mendapatkan angka yang akurat tentang jumlah Muslim di sana karena pemerintah setempat lebih mengutamakan kategori penduduk berdasarkan etnisitas daripada agama. Muslim Selandia Baru berasal dari 42 negara berbeda yang hidup membaur secara harmonis bersama komunitas lainnya di negeri itu. Untuk mewadahi kepentingan para Muslim yang tersebar di berbagai kota di Selandia Baru, Mazhar Krasniqi kemudian menggabungkan tiga organisasi Islam di Canterbury, Wellington, dan Auckland ke dalam satu wadah organisasi Islam berskala nasional yang kemudian diberi nama Federation of Islamic Associations of New Zealand (FIANZ) pada April 1979. Atas upayanya ini, Krasniqi memperoleh penghargaan Queens Service Medal dari Pemerintah Selandia Baru pada tahun 2002. Geliat Islam di Kota Auckland Shalat dua hari raya tiba, Muslimin mendapat hak untuk merayakannya.
Kota Auckland menjadi rumah nyaman bagi Muslimin Selandia Baru. Dari sekitar 50 ribu Muslimin negara penghasil domba tersebut, lebih dari setengahnya terkonsentrasi di Auckland. Masjid-masjid tersebar di setiap penjuru, bahkan di layanan pubik, seperti bandara. Sekolah Islam dan pedagang makanan halal pun mudah ditemui. Terdapat pula surat kabar dan saluran televisi Muslim. Meski
Mengalami perkembangan yang pesat. The New Zealand Herald mengabarkan, Muslimin hanya mengambil bagian demografi 0,001 persen total populasi pada 1986. Namun, pada 2006 angka tersebut berubah mencapai 1,8 persen. "Islam adalah agama yang perkembangannya tercepat ketiga di Selandia Baru dan pertumbuhan di Auckland dua kali lebih cepat dibanding tempat lain di negara ini," tulis surat kabar tersebut. Sebetulnya, terdapat perbedaan data mengenai jumlah Muslimin di Selandia Baru. Berdasarkan sensus, jumlah Muslimin sekitar 37 ribu jiwa dari total populasi 3,9 juta jiwa. Setiap sensus lima tahunan, jumlah Muslimin meningkat dua kali lipat selama 25 tahun terakhir. Namun, menurut wakil presiden senior dari Federasi Asosiasi Islam, Javed Khan, Muslimin Selandia Baru mencapai 50 ribu hingga 60 ribu jiwa. Dari total Muslimin Selandia baru, diperkirakan 63 persen tinggal di Auckland. Muslimin di sana juga didominasi pemuda. Beberapa di antaranya merupakan imigran ataupun keturunan asing, seperti Fiji, Pakistan, Afghanistan, Irak, Iran, Malaysia, dan Indonesia. Meski jumlah Muslimin warga setempat juga besar,
Menapak Umat Islam Diselendia Baru.
proporsi terbesarnya merupakan etnis Fiji, India. Mengingat dalam sejarahnya, Islam masuk ke Selandia Baru dibawa dari Fiji. Masuknya Islam ke Auckland sama halnya sejarah Islam di Selandia Baru. Auckland menjadi titik mula dakwah Islam hingga tersebar ke seluruh penjuru negara Pasifik Selatan tersebut. Pada 1874 Muslimin pertama menginjak tanah Selandia Baru. Mereka merupakan keturunan Cina yang bermaksud membuka bisnis pertambangan. Namun, tak lama mereka kembali ke Cina karena industri tambang yang merosot. Tak satu pun dari mereka yang tinggal di Selandia Baru. Baru kemudian pada 1907, seorang Muslim India, Ismail Bhikoo, datang ke Selandia Baru. Ia kemudian bersama anak-anak dan Muslimin lainnya datang pada 1930-an, lalu menetap di Auckland. Saat itulah, permukiman Islam mulai eksis di negara tetangga Australia tersebut. Jumlah mereka semakin banyak hingga membentuk asosiasi bernama New Zealand Muslim Association (NZMA). Sebagai pusat ibadah dan dakwah, mereka pun membangun Islamic Center di Jlana Hargrave Auckland pada 1957. Sejak itu, dakwah mulai menggeliat. Kawasan lain di Selandia Baru pun berangsur ikut membentuk komunitas Muslim. Penggiat dakwah di era 1950 hingga 1960-an kala itu bukan hanya Muslimin Fiji, melainkan juga terdapat dari Albania, Kosovo, dan Bosnia. Saat ini, Auckland telah memiliki sedikitnya lima masjid dan Islamic Center. Jumlah tersebut belum termasuk masjid kecil dan masjid yang berada di fasilitas umum, seperti bandara dan universitas. Masjid terbesar berada di kawasan Ranui. Selain itu,