Lihat ke Halaman Asli

Rihan Athsari

Mahasiswa

Belajar Membuat Karakter Utama Melalui Drama Kejahatan Membalas Dendam Karya Idrus

Diperbarui: 22 Desember 2023   08:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Penokohan dalam drama terbilang mirip seperti novel. Mengapa bisa saya katakan demikian? Menurut saya drama dan novel memiliki satu ciri yang sama yaitu penggalian tokoh yang mendalam. Ini bisa terjadi sebab baik novel maupun drama memiliki waktu yang cukup untuk mengembangkan tokoh mereka dalam cerita. Baik novel maupun drama biasanya ditulis dalam puluhan halaman sehingga tidak mengherankan hal ini bisa terjadi. Hasilnya tokoh bisa bertransformasi, mengubah dirinya menjadi lebih baik, mencapai keinginannya, atau mengetahui arti kehidupan.

Meskipun penulisan naskah drama tidak sebanyak penulisan naskah novel. Ini karena penulis-penulis novel modern mengikuti jejak penulis skenario agar bisa tetap bisa bersaing dengan iklim saat ini yang berpusat pada media yang serba cepat dan didukung dengan teknologi. Menurut Brody (2018) kunci dari penulisan skenario terletak pada laju (pace). Laju cerita yang baik memiliki elemen-elemen visual, pertumbuhan karakter yang memikat dan struktur yang padat.

Untuk mencapai pertumbuhan karakter yang memikat maka dibutuhkan karakter utama yang menarik. Karakter utama yang menarik dibentuk oleh tiga hal. Sebuah masalah yaitu kekurangan yang perlu diperbaiki, keinginan yaitu tujuan yang dikejar karakter sepanjang jalan cerita, kebutuhan yaitu pelajaran hidup untuk disadari karakter. Jadi karakter utama yang diciptakan tidak boleh sempurna setidaknya mereka harus memiliki satu masalah besar. 

Mungkin terdengar mengerikan memenuhi hidup karakter dengan segala macam kesulitan tetapi itu juga merupakan hal yang penting untuk dilakukan. Karena jika kehidupan karakter yang kita ciptakan tidak memiliki masalah maka tak ada alasan bagi pembaca untuk peduli pada mereka. 

Dengan memberikan masalah pada karakter maka pembaca bisa menyaksikan karakter memperbaiki masalah mereka, membenahi hidup mereka, dan mengoreksi kekurangan mereka. Pada awal cerita dari Kejahatan Membalas Dendam kita diperlihatkan Ishak sebagai karakter utama begitu putus asa. 

Dia baru saja menghabiskan seluruh hartanya agar romannya bisa terbit tapi dia mendapatkan kritikan dari seorang penulis kolot Bernama Pak Orok. Dia takut semua orang akan mempercayai kritik dari Pak Orok dan menganggap dia sebagai pengkhianat rakyat padahal dia bermaksud untuk membela rakyat lewat tulisannya.

Ishak : Itu yang akan kuceritakan padamu sekarang. Aku dalam bahaya.
Satilawati: Bahaya apa?
Ishak: Aku mungkin dipandang pengkhianat oleh rakyat.
Satilawati: Karena apa?
Ishak: Karena karanganku.
Satilawati: Romanmu itu, maksudmu?
Ishak: Ya, “Hari ketiga Nippon di Indonesia”
Satilawati: Mengapa? Sudah diterbitkan, bukan?
Ishak: Ya, semua hartaku telah habis kujual untuk menerbitkan buku itu. Rugi semata.
Satilawati: Tetapi mengapa engkau akan dipandang pengkhianat?
Ishak: Perasaankuu saja begitu. Setelah membaca kritik Pak Orok dalam suatu majalah.
Satilawati: Pak Orok itu siapa?
Ishak: Pengarang kolot. nama samarannya begitu. Akan tetapi, aku tahu juga siapa orangnya. Pengecut!
Satilawati: Kritikannya itu bagaimana?
Ishak: Membalik-balikkan maksudku yang sebenarnya dalam roman itu sehingga aku mungkin dipandang pengkhianat oleh rakyat, tetapi maksudku suci. Engkau telah membaca romanku.
(Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma hal. 14)

Memiliki kekurangan saja tidak cukup untuk membuat karakter yang layak diceritakan. Seorang karakter juga harus sangat menginginkan sesuatu dan berusaha menggapainya secara aktif. Ketika karakter menyadari mereka memiliki masalah maka mereka juga pasti akan berpikir cara untuk menyelesaikan masalahnya. 

Cara penyelesaian dari masalah ini bisa berupa banyak hal seperti pekerjaan yang lebih baik, uang yang lebih banyak, penerimaan dari masyarakat dan masih banyak lagi. Penyelesaian dari masalah inilah yang akan menjadi tujuan karakter sepanjang jalan cerita. 

Sebagai contoh karakter Ishak memiliki masalah karena karyanya mendapatkan yang bertujuan untuk membela rakyat lewat tulisan malah diputar balikan maksudnya Pak Orok sebagai penyelesaian masalah Ishak mengasingkan diri ke gunung agar tetap bisa membela rakyat lewat tulisan. Disamping lewat tulisan kita bisa melihat karakter Ishak menggerakkan rakyat untuk menyerahkan hasil bumi pada pihak pemerintah

Ishak: Pasti bukan untuk dia, tetapi untuk dia dan untuk kita.
Perempuan Tua: Untuk kita?Siapa kita?
Ishak: Untuk nusa dan bangsa. Segala-galanya untuk nusa dan bangsa.
Perempuan tua: Akan tetapi mereka yang bertanam, orang lain yang akan memungut hasilnya.
Ishak: (menentang) Orang lain? Pemerintah kau anggap orang lain?
(Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma hal. 48-49)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline