Lihat ke Halaman Asli

TB 2 - Diskursus Kepemimpinan Serat Wedhatama KGPAA Mangkunegara IV pada upaya pencegahan korupsi

Diperbarui: 11 November 2023   12:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar dibuat sendiri oleh penulis

Nama: Rihadatul Aisy

Nim: 43222010037

Dosen Pengampu: Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak

Mata Kuliah: Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB

Sebelum membahas mengenai diskursus kepemimpinan Serat Wedhatama KGPAA Mangkunegara IV pada upaya pencegahan korupsi kita perlu mengetahui siapa itu  KGPAA Mangkunegara IV.

Siapa itu Mangkunegara IV?

Nama lengkapnya Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara IV, nama aslinya adalah Rade Mas Sudira. Lahir pada hari Minggu tanggal 3 Maret 1811. Putra dari  Kanjeng Pangeran Harya Hadiwijaya I ayahanda Mangkunegara IV yang berasal dari Bandara Raden Mas Tumenggung Harya Kusumdiningrat. Sedangkan ibunya adalah putri dari Mangkunegara II

KGPAA Mangkunegara IV dikenal sebagai Paku Alam IV, adalah salah satu tokoh terkemuka dalam sejarah Kesultanan Jogjakarta, Indonesia. Ia adalah penguasa negara  Pakualaman, sebuah wilayah kecil merdeka yang berada di bawah pengaruh Kesultanan Yogyakarta.

KGPAA Mangkunegara IV memerintah Pakualaman pada tahun 1858 hingga 1878. Ia adalah pemimpin yang bijaksana dan menekankan pentingnya keadilan dan kesejahteraan manusia. Pada masa kepemimpinannya, ia aktif  memperkuat pemerintahan, menunjang kegiatan pertanian, dan mengembangkan infrastruktur  wilayahnya. Dari sisi budaya, KGPAA Mangkunegara IV juga merupakan seorang penyair Jawa yang produktif. Beliau mempunyai beberapa karya sastra berbahasa Jawa yang ia tulis, salah satunya yaitu Serat Wedhatama. Karya - karyanya mencerminkan pemahaman mendalam tentang kehidupan, filsafat, agama dan kebijaksanaan. 

KGPAA Mangkunegara IV dikenal sebagai sosok yang disegani dan dianggap sebagai pemimpin yang bijaksana oleh rakyatnya. Ia berusaha menjaga stabilitas dan kesejahteraan Pakualaman pada masa pemerintahannya. Warisannya, termasuk karya sastranya, terus dikenang dan dipelajari sebagai bagian dari sejarah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline