Saat ini beberapa sekolah di berbagai daerah di Indonesia sudah mulai memberlakukan Pembelajaran Tatap Muka. Meskipun kebijakan ini diberlakukan secara ketat dan terbatas, banyak dari orangtua murid yang masih merasa resah harus mengirim anaknya kembali bersekolah ditengah pandemi.
Beberapa dari mereka merasa belum siap untuk kembali mengirim anaknya bersekolah secara langsung. Tentunya hal ini dikarenakan ketakutan para orangtua akan penyebaran virus Covid-19 dilingkungan sekolah. Seperti yang kita ketahui bahwa anak-anak cenderung lebih mudah terpapar virus Covid-19. Namun, ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh para orangtua, peserta didik, dan guru agar meminimalisir terjadinya hal-hal tersebut.
Dilansir dari Kemdikbud.go.id, pembelajaran tatap muka yang diperbolehkan sifatnya terbatas dan menggunakan metode blended learning. Metode ini mengharuskan sekolah-sekolah untuk tetap mengadakan Pembelajaran Jarak Jauh yang nantinya digabung dengan Pembelajaran Tatap Muka.
Kemdikbud juga menekankan untuk tetap menaati protokol kesehatan 5M (memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan, menghindari kerumunan, dan mengurangi ngobrol) dan siswa yang datang dibatasi sebanyak 50% saja. Kesehatan dan keselamatan siswa tetap menjadi hal yang paling diutamakan. Sekolah yang sudah menyiapkan daftar yang telah sesuai dengan SKB 4 Menteri dan mengantongi surat edaran atau ketentuan dari pemerintah kabupaten/kota dapat mulai memberlakukan PTM.
Namun, sekolah yang akan memberlakukan PTM harus terlebih dahulu menjalani pemeriksaan dan pengawasan dari Dinas Pendidikan. PTM di suatu sekolah dapat diberhentikan apabila hal tidak diinginkan seperti adanya kasus penularan disekolah atau meningkatnya kasus penularan di wilayah tersebut .
Oleh karenanya, untuk dapat menyukseskan PTM terbatas ini, dibutuhkan kesiapan mental dari pihak sekolah, guru, peserta didik, dan orangtua. Selain itu, semua pihak yang akan melaksanakan PTM harus membiasakan diri dengan pengimplementasian pola hidup sehat dan bersih (PHBS). Dibutuhkam pula koordinasi dengan tenaga dan pusat kesehatan setempat agar selalu siaga menangani apabila terjadi hal yang tidak terduga.
Para guru dan murid juga diharapkan sudah mengikuti vaksinasi minimal dosis pertama dalam upaya mencegah penyebaran virus lebih lanjut. Maxi Rein selaku Dirjen Pengendalian dan Pencegahan Penyakit mengakatan bahwa ia optimis akan keberhasilan kebijakan PTM ini asalkan ada koordinasi yang dari semua pihak untuk tetap memperhatikan protokol kesehatan. Selain itu harus ada kesadaran diri dari semua pihak untuk melindungi dirinya dan orang lain.
Diharapkan para orang tua dan guru dapat mengajarkan buah hatinya mengenai pentingnya menjaga protokol dan kewaspadaan terhadap virus Covid-19, seperti tidak berbagi alat dengan teman selama PTM, tetap menjaga jarak baik dilingkungan sekolah maupun di kendaraan umum, mencari informasi kesehatan mengenai penyebaran dan gejala viru Covid-19.
(Dr. Ira Alia Maerani, M.H., dosen Fakultas Hukum UNISSULA, Semarang; Rifqy Ramdhani Hakim, mahasiswa Fakultas Teknologi Industri (FTI) Prodi Teknik Informatika UNISSULA, Semarang)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H