Malam ini
Kembali ku membatu
Di salah satu sudut bumi
Memandangi cakrawala
Lagi lagi selalu saja kelam
Kucoba mengoyak hening
Mencari letak koordinat
Akan sebuah kemenangan
Yang tersembunyi
Atau mungkin
Memang sebenar nya tak ada
Rembulan pun seakan mengawasi
Setiap gerak gerik
Yang tercipta
Dari tubuh seorang penyair lusuh
Tatap mata nya sendu
Tergambar jelas
Diantara wajah kumal
Dibalik kaca mata rapuh
Yang hampir patah
Dengan langkah terseok seok
Ku hampiri sebuah cermin
Ku pandangi gambar diri
Dengan seksama
Seraya memaki
"Hey bodoh....
Tak sadarkah kau,
Kau ini hanyalah butiran debu
Lalu kau Bermimpi
untuk dapat memiliki pelangi.?
Hahaha lucu sekali ....."
Setelah sekian lama ku bercermin
Aku pun tersadar
Seketika kuputuskan
Untuk ku tanggalkan mimpi
Pada dinding langit
Dan bergegas pergi
Dengan sedikit terhuyung
Dirundung pilu
Ku paksakan kaki untuk melangkah
Melanjutkan hidup
Sebagai seorang penyair lusuh
Yang kerap
dicaci maki oleh semesta
Dan dianggap nista
Rifqi badruzzaman
Jakarta 10 maret 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H