Lihat ke Halaman Asli

Meninjau Lebih Dalam: Vermikompos

Diperbarui: 24 Juni 2015   01:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: en.wikipedia.org

Saya ingin berbagi sedikit wawasan mengenai vermikompos yang sangat bermanfaat bagi lingkungan. Anda yang mempunyai peternakan, khususnya peternakan rumianansia (sapi perah, sapi potong, domba/kambing) dapat mengolah feses (kotoran) ternak menjadi vermikompos untuk meningkatkan nilainya, baik secara ekonomis maupun teknis. Peningkatan nilai tentu berbanding lurus dengan peningkatan manfaat, dari feses, menjadi pupuk yang berkualitas dan ramah lingkungan. Vermikompos dapat dibuat dalam skala kecil maupun besar, melalui proses yang sederhana tentunya. Jika anda tertarik, mari simak informasi berikut. Cheers! :) Definisi Mari kita mulai dari definisi vermikompos. Vermikompos adalah kompos yang diperoleh dari hasil perombakan bahan-bahan organik yang dilakukan oleh cacing tanah. Vemikompos merupakan campuran kotoran cacing tanah (casting) dengan sisa media atau pakan dalam budidaya cacing tanah. Oleh karna itu vermikompos merupakan pupuk organik yang ramah lingkungan dan memiliki keunggulan tersendiri dibandingkan dengan kompos lain yang kita kenal selama ini (IPPTP Mataram, 2001). [caption id="" align="aligncenter" width="220" caption="Sumber: en.wikipedia.org"][/caption] Keunggulan Vermikompos banyak mengandung humus yang berguna untuk meningkatkan kesuburan tanah. Humus merupakan suatu campuran yang kompleks, terdiri atas bahan-bahan yang berwarna gelap yang tidak larut dengan air (asam humik, asam fulfik dan humin) dan zat organik yang larut (asam-asam dan gula). Kesuburan tanah ditemukan oleh kadar humus pada lapisan olah tanah. Makin tinggi kadar humus (humic acid) makin subur tanah tersebut. Kesuburan seperti ini dapat diwujudkan dengan menggunakan pupuk organik berupa vermikompos, karena vermikompos mengandung humor sebesar 13,88%. Vermikompos mempunyai struktur remah, sehingga dapat mempertahankan kestabilan dan aerasi tanah. Vermikompos mengandung enzim protease,amilase, lipase dan selulase yang berfungsi dalam perombakan bahan organik. Vermikompos juga dapat mencegah kehilangan tanah akibat aliran permukaan. Pada saat tanah masuk ke dalam saluran pencernaan cacing, maka cacing akan mensekresikan suatu senyawa yaitu Ca-humat. Dengan adanya senyawa tersebut partikel-partikel tanah diikat menjadi suatu kesatuan (agregat) yang akan dieksresikan dalam bentuk casting. Agregat-agregat itulah yang mempunyai kemampuan untuk mengikat air dan unsur hara tanah (IPPTP Mataram, 2001). Cara Pembuatan Vermikompos Bahan untuk pembuatan vermikompos berasal dari bahan organik seperti jerami padi kotoran ternak (sapi, kerbau, kambing, domba, ayam, kuda dan isi rumen), sampah pasar dan limbah rumah tangga. Sebelum digunakan sebagai media atau pakan cacing tanah bahan organik tersebut di fermentasi terlebih dahulu selama tiga minggu. Setelah bahan media di fermentasi dan kondisinya telah sesuai dengan persyaratan hidup bagi cacing tanah maka cacing tanah dapat mulai dibudidayakan. Jenis cacing tanah yang dapat digunakan adalah Eisenia foetida atau Lumbricus rubellus. Budidaya dilakukan selama 40 hari, setelah itu dapat dilakukan panen cacing tanah, vermikompos dan kokon (telur). Karakteristik dan Spesies Cacing Tanah Cacing tanah adalah hewan kecil panjang, sempit, berbentuk silinder, simetrik bilateral,bersegmen, dan tidak memiliki kerangka (tulang). Biasanya masa hidup cacing tanah berkisar antara 3 hingga 7 tahun, bergantung kepada spesies dan situasi ekologinya. Cacing tanah memiliki berjuta pemfiksasi nitrogen dan mikroba dekomposer di dalam saluran pencernaannya. Cacing tanah memiliki kemoreseptor yang membantunya mendapatkan makanan. Tubuhnya mengandung 65% protein (70-80% dari bahan kering adalah protein berkualitas tinggi yang kaya akan asam amino lysin), 14% lemak, 14% karbohidrat, dan 3% abu (Edwards dan Lofty, 1972; Edwards dan Bohlen 1996; Visvanathan et al., 2005 dalam Sinha, 2010). Cacing tanah hidup di berbagai habitat, khususnya di habitat yang gelap dan lembab. Cacing tanah dapat bertoleransi pada kisaran temperatur 5°C hingga 29°C. Temperatur optimal untuk cacing tanah melangsungkan hidupnya adalah pada 20°C hingga 25°C dan kelembaban 60-75%. Cacing tanah bereproduksi dengan sangat cepat. Beberapa penelitian mengindikasikan bahwa cacing tanah menggandakan jumlahnya setiap 60-70 hari. Pada kondisi lingkungan yang optimum, cacing tanah dapat melipatgandakan jumlahnya menjadi 28 atau 256 ekor cacing setiap 6 bulan dari satu individu cacing. Setiap 256 ekor cacing yang dihasilkan tersebut melipatgandakan kembali jumlahnya pada proporsi yang serupa sehingga menghasilkan biomassa cacing yang sangat besar dalam jangka waktu yang pendek. Total siklus hidup cacing tanah berkisar selama 220 hari. Mereka memproduksi 300-400 keturunan dalam satu siklus hidupnya. Cacing tanah melanjutkan perkembangbiakan selama hidupnya (Hand, 1988 dalam Sinha, 2010). Potensi Produksi Vermikompos (Sebagai Ilustrasi, Dikaitkan dengan Populasi Komoditas Sapi Perah) Populasi sapi perah di Indonesia pada 2012 mencapai 621.980 ekor (Direktorat Jenderal Peternakan, 2013). Jika dipukul rata bahwa persentase produksi limbah peternakan adalah 8% bobot badan per ekor ternak per hari, dan keseluruhan populasi ternak sapi perah tersebut adalah seragam, maka didapat angka kasar sebesar 49.758,4 kg produksi limbah per hari dari seluruh ternak sapi perah di Indonesia. Angka ini merupakan angka fantastis mengingat persoalan limbah memerlukan perencanaan yang sangat matang untuk ditangani. Vermikompos dapat menjadi solusi untuk penanganan limbah sapi perah, karena limbah peternakan sapi perah masih mengandung banyak nutrien dalam bahan keringnya. Aplikasi Vermikompos Vermikompos dapat digunakan sebagai pupuk organik tanaman sayur-sayuran, buah buahan, bunga, padi dan palawija serta untuk pemupukan rumput pada lapangan golf. Percobaan penggunaan vermikompos pada tomat, kentang, bawang putih, melon dan bunga menunjukkan hasil yang nyata, baik terhadap pertumbuhan maupun produksi tanaman. Sitasi: Direktorat Jenderal Peternakan. 2013. Statistik Populasi Ternak di Indonesia. Tersedia Online di http://ditjennak.deptan.go.id/. (diakses pada 9 November 2013 08:03 WIB). Instalasi Penelitian Dan Pengkajian Teknologi Pertanian (IPPTP) Mataram. 2001. Vermikompos. Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian, Mataram. Mashur. Vermikompos (Kompos Cacing Tanah) Pupuk Organik Berkualitas dan Ramah Lingkungan. http://www.pustaka-deptan.go.id/agritek/ntbr0102.pdf. (diakses tanggal 6 November 2013) Setiawan, Ade Iwan. 2007. Memanfaatkan Kotoran Ternak. Penebar Swadaya. Jakarta : hal. 5-8. (diakses pada tanggal 9 November 2013 08:20 WIB). Suryahadi. Program Budaya Kewirausahaan Mahasiswa Bidang Peternakan. http://www.asosiasi-politeknik.or.id/. (diakses pada tanggal 6 November 2013 08:40 WIB). Sinha, R. K., Agarwal, S., Chauhan, K., Chandran, V., Soni, B. K. 2010. Vermiculture Technology: Reviving The Dreams of Sir Charles Darwin for Scientific Use of Earthworms in Sustainable Development Programs. University of Rajashtan, India. Warsana. Kompos Cacing Tanah (Casting). http://www.sinartani.com/peluangusaha/kompos-cacing-tanah-casting-1233550712.htm. (diakses pada tanggal 6 November 2013)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline