Saya adalah penggemar dari Habib Syeh Abdul Qodir Bin Assegaf. Lagu-lagu beliau yang berisi pujian untuk Nabi banyak yang saya hafal, seperti Yahanana, ya Habib, YaAllah biha, Ahlan wa sahlan, hingga lagu bergenre jawa seperti padang bulan.tulisan ini saya buat tanpa mengurangi rasa kagum saya pada beliau.Beberapa malam yang lalu saya menderngar ceramah beliau di salah satu radio swasta solo dimana menyajikan ceramah langsung Habib Syeh bersama jamaahnya ahbabul mustofa.jarang sekali ada radio yang menampilkan ceramah ulama secara langsung.dari sekian ceramah beliau yang saya ikuti dimana ceramah terakhir ini yang menuntun saya untuk membuat tulisan ini. Habib Syeh membuat pernyataan yang tendensius provokatif untuk masyarakat awam. Bahkan memicu konfilik toleransi dalam keagamaan. Dikatakannya peringatan 1 Suro (1 Muharram) yang ada di Solo adalah sebuah kebodohan, dimana masyarakat Solo mempercayai pengiringan kerbau dan pembersihan keris adalah bagian dari budaya, dan Habib Syeh mengatakan itu adalah bentuk perbuatan syirik dan bodoh seperti zaman jahiliyah. Komentar saya yang pertama adalah itu Cara Beragama orang solo memperingati tahun baru islam, terlepas dari syirik atau tidak syirik. Cara seperti itu merupakan adat budaya, dimana ini tidak ada kaitannya dengan ranah agama. Tidak bisa semua hal ditarik kedalam dalil agama.contoh : ketika kita menghobikan sesuatu seperti motor, mobil, apakah itu bisa dikatakan syirik?lalu apa bedanya orang yang menyukai sebuah keris? Bukankah mobil dan keris adalah sama, yaitu benda.tapi dalam hobi yang sama, tendensi seseorang cenderung mengatkan bahwa yang menyukai keris yang dianggap bodoh dan jauh dari agama, karena (umumnya) itu berhubungan dengan jin.nah apabila kita mamakai pemikiran umum maka kita akan terjebak dalam keputusan yang salah, karena tidak semua orang demikian.
Orang jawa telah membangun tradisinya jauh sebelum islam datang. Sehingga tradisi yang saat ini ada bukan lagi hal yang harus dikomentari kedalam level agama.biarlah itu menjadi tradisi yang dipahami secara baik bagi mereka, karena haikatnya semua orang didunia sah untuk membangun caranya sendiri dalam beragama. Mau pakai jubah, pakai sarung, pakai koko, baju jawa, selama dia mempertuhankan Tuhannya dan terus mengimaninya maka itu adalah baik.Namun terkadang kita terjebak dalam pengetahuan yang nampak saja, tanpa melihat dan memahami substansi dari sebuah tindakan, ingat bahwa tugas pendakawah adalah menyebarkan AGAMA, bukan menyebarkan BUDAYA.
Yang kedua adalah pernyataan beliau tentang kedatangan Mark Zuckerberg pemilik facebook.inc, beliau mengatakan bahwa tidak perlu berdakwah dengan facebook, meskipun ada yang membantah bahwa facebook adalah salah satu sarana berdakwah modern, namun bagi Habib Syeh itu adalah kebohongan, karena hanya akan menguntungkan pemilik facebook/internet sendiri, selain itu Habib Syeh juga memberikan analogi bahwa dakwah di zaman Syeh Abdul Qodir Jailani juga tidak memakai facebook, tapi bisa jalan dakwahnya (diiringi tawa jamaah). Pendapat saya bahwa mungkin Habib Syeh terlalu bersemangat dan terkadang tidak relevan, kenapa? Perlu dicatat selama ini banyak bertebaran poster dakwah Habib Syeh di facebook, memang ini adalah kerjaan dari panitia bukan Habib Syeh sendiri. Tetapi kenapa Habib Syeh bersedia untuk rekaman dalam setiap lagunya? Bahkan siaran langsung lewat radio? TV ? Bukankah itu juga teknologi modern?.Namun yang lebih baik dalam zaman modern dan serba berkembang ini hendaknya kita memakai pemaknaan teleologis saja (baik buruk tindakan tergantung akibat), dimana selama perbuatan itu memberi manfaat ya berarti baik, bukan deontologis (fundamental makna tindakan). Karena dulu saya mengenal pertama kali Habib Syeh juga dari Internet kemudian saya download lagu dan ceramah-cermahnya.Tapi saya disini yakin bahwa Habib Syeh memang terkadang lepas kendali, melihat semangat beliau yang luar biasa, jadi pernyataan yang terkadang bertolak belakang dengan realita bisa saja tersampaikan.sekali lagi bahwa tulisan ini saya buat tanpa mengurangi rasa kagum kepada beliau yang terus mengabdikan dirinya untuk syiar islam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H