Lihat ke Halaman Asli

Mengamati Kesenian di Kampung dengan Keliling Gedung, Ketandan Surabaya

Diperbarui: 22 Juni 2024   12:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Kegiatan seni dilingkungan masyarakat sudah mulai jarang ditemui, terutama di kota-kota besar seperti Surabaya. Namun diantara gedung-gedung tinggi di pusat kota Surabaya terdapat kampung tersembunyi yang kental dengan arsitektur kuno, Kampung Wisata Ketandan Surabaya. Kampung Ketandan berlokasi di Kelurahan Genteng, Kecamatan Genteng, Surabaya. Diresmikan sebagai kampung wisata oleh pemerintah kota Surabaya sejak 2016.

Peresmian tersebut dibarengi dengan pembangunan Balai Budaya Cak Markeso yang berada di tengah kampung tersebut. "Sebelum ada joglo itu dijadikan tempat pertemuan, dulunya cuma cagak empat yang rencananya mau dibikin atap atasnya, tapi engga selesai selesai sampai akhirnya datang UCLG ASPAC (United Cities Local Governments Asia Pacific) yang didampingi sama pemkot dan difasilitasi seperti ini", jelas Fatchur Rachman, selaku Ketua RW 4 Kelurahan Genteng. Lebih lanjut Fatchur mengatakan bahwa Balai Budaya Cak Markeso sering digunakan untuk rapat, pertemuan, dan kunjungan dari pihak luar salah satunya pertukaran mahasiswa dari luar negeri.

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Sebagai kampung wisata, Kampung Ketandan menjual kegiatan seni kepada para pengunjung yang tertarik melakukan kunjungan. Nia Kurniati, selaku koordinaotr UMKM, mengatakan "Disini kita tuh ada paketan, ada kunjungan keliling kampung plus pelatihan yaitu pelatihan batik lukis buat cinderamata dan hasilnya mereka bawa pulang, terakhir kemarin yang dari Jepang tuh 10 hari disini, stay". Selain itu, kata Nia setiap ada tamu atau kunjungan disambut dengan tari remo oleh anak-anak dan diajarkan kepada para pengunjung.

Untuk meningkatkan minat bakat anak muda dalam berkesenian, Pemerintah Kota Surabaya memfasilitasi berupa sanggar tari dan pelatihan lukis. "Ada dari balai pemuda gurunya kita difasilitasi pemkot mulai dari 2018 sampai sekarang dan memang sudah keliatan hasilnya seperti ada anak yang pentas di balai pemuda kalau ada acara", ujar Nia. Kain batik yang dilukis oleh karang taruna juga dibuat pameran ketika ada tamu dari luar.

Kesenian yang tercipta di Kampung Ketandan masih berkaitan erat dengan warga asli kampung tersebut yang dulu banyak dihuni oleh seniman. Sandi, selaku Wakil Ketua RT 2 mengatakan bahwa dulu Kampung Ketandan banyak dihuni oleh seniman salah satunya adalah keluarganya sendiri. Ibunya merupakan penari pada zaman presiden Soekarno dan sering ke luar kota untuk pentas seni.

Penamaan Balai Budaya Cak Markeso bukan tanpa alasan namun karena memang banyak warga setempat yang berkesenian ludruk sehingga sepakat menggunakan nama tokoh ludruk di Jawa Timur. "Ada, tapi sudah almarhum semua, belum ada yang meneruskan", kata Fatchur terkait seniman ludruk di Kampung Ketandan. Salah satu seniman terkenal yang berdarah India, Raam Punjabi, juga pernah bertempat tinggal di kampung tersebut dengan keluarganya.

Kesenian di Kampung Ketandan masih bertahan hingga saat ini. Melekstarikan kesenian tradisional di era modern punya tantangannya sendiri. Menurut Fatchur "Kayaknya kalau seninya anak muda sekarang tuh beda ya, kalau seni tradisional seperti ludruk tuh hampir engga ada, jadi minat kesana tuh gaada karena mungkin lingkungan apa yg mereka lihat yg mereka pelajari". Faktor budaya luar dapat mengancam eksistesi budaya sendiri, sehingga sebagai anak muda harus turut melestarikan kesenian tradisional dengan cara yang kreatif agar bisa menarik minat masyarakat.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline