Lihat ke Halaman Asli

Tujuan Dakwah dalam Perspektif Retorika

Diperbarui: 27 Juni 2024   00:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Oleh: Dr. Syamsul Yakin dan Rifqi Titah Gemilang (Dosen dan Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) 

Dalam Al-Quran, tujuan dakwah tercermin dalam beberapa ayat. Salah satunya adalah, "Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung" (QS. Ali Imran/3: 104). Ayat lainnya menyebutkan, "Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, karena kalian menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah..." (QS. Ali Imran/3: 110).

Nabi Muhammad SAW juga mengajarkan teknik untuk mencapai tujuan dakwah. Beliau bersabda, "Barangsiapa yang melihat kemungkaran maka ubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu maka ubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu maka (tolaklah) dengan hatinya dan hal tersebut adalah selemah-lemahnya iman" (HR. Muslim).

Dalam retorika, terdapat tiga tujuan utama berdasarkan isi pesan yang disampaikan: informatif, persuasif, dan rekreatif. Selain itu, bisa ditambahkan dua tujuan lainnya yaitu edukatif dan advokatif. Semua tujuan ini relevan dengan dakwah yang mengedepankan amar makruf dan nahi mungkar.

Dari segi cara penyampaian pesan, ada dua tujuan utama dalam retorika: monologika dan dialogika. Monologika adalah gaya bicara satu arah seperti dalam pidato dan ceramah. Sedangkan dialogika adalah gaya bicara dua arah, seperti yang banyak ditemukan dalam riwayat dakwah Nabi Muhammad.

Contoh dakwah dialogis Nabi Muhammad dapat ditemukan dalam berbagai riwayat. Misalnya, dalam kitab *Fathush Shamad*, Ibnu Umar menceritakan pengalaman saat seorang Arab pedalaman mendekati Nabi. Nabi bertanya, "Wahai kisanak, kamu hendak ke mana?" dan berlanjut dengan dialog yang menunjukkan kebijaksanaan Nabi dalam berdakwah.

Dalam kitab al-Mawaidz al-Ushfuriyah, Syaikh Muhammad bin Abi Bakar menuliskan kisah keislaman Abu Bakar yang dimulai dari mimpi. Setelah bermimpi tentang matahari dan bulan, Abu Bakar mencari tafsir mimpinya kepada seorang pendeta Nasrani yang kemudian menegaskan bahwa Nabi Muhammad adalah nabi terakhir. Setelah bertemu Nabi, Abu Bakar memeluk Islam.

Contoh lainnya adalah riwayat dari Abu Dzar al-Ghifari yang bertanya kepada Nabi tentang amal yang mendekatkan diri ke surga dan menjauhkan dari neraka. Nabi menjawab, "Jika kamu melakukan kejelekan, maka ikutilah dengan kebaikan."

Dari segi pedagogik, retorika dapat memiliki tujuan korektif, instruktif, sugestif, dan defensif. Semua ini bisa digunakan untuk mencapai tujuan dakwah.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline