Lihat ke Halaman Asli

Rifqi Abdi Rabbani

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga 21107030032

Tips Buat Kamu yang Lagi Stuck dalam Membangun Brand

Diperbarui: 14 Juni 2022   12:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: dokpri

Pernah ga sih? waktu kalian lagi membangun sebuah brand, terus ditengah jalan tiba-tiba kalian kebingungan, mau membawa arah brand kalian kemana atau seperti apa?

Dalam membangun sebuah brand, tentunya akan ada banyak sekali tantangan yang akan kita hadapi. Mulai dari produk kita yang kurang laku, produksi yang kurang sempurna, terkena penipuan, dan masih banyak lagi tentunya tantangan yang akan dihadapi. 

Selain contoh di atas, tantangan lain yang akan kita hadapi yaitu stuck, atau kita kebingungan untuk menentukan arah dari brand yang kita buat. Bingung untuk menentukan brand kita ini mau seperti apa, atau brand kita ini mau dibawa kemana.  Untuk mengatasi stuck tersebut, berikut tips-tips buat kamu yang lagi stuck dalam membangun sebuah  brand.

Dalam membangun sebuah brand kita dapat menganalogikan membangun sebuah brand seperti membuat sebuah cerita. Dalam membuat cerita ada beberapa struktur yang harus terpenuhi, seperti tokoh, latar, dan lain-lain. Jadi dalam membangun brand ini tidak melulu untuk kita selalu mempromosikan produk kita melalui hard selling, akan tetapi kita harus membangun brand kita tersebut dengan sebuah cerita.

Ada beberapa struktur-struktur yang harus kita siapkan untuk membangun sebuah brand. Tapi sebelumnya untuk memudahkan kita dalam memahami tips-tips berikut, anggaplah kita mempunyai brand yang Bernama "Kaosin". Kaosin ini adalah brand yang menjual kaos untuk orang-orang yang mempunyai kelebihan berat badan.

Sumber: dokpri

Yang pertama yaitu karakter, Karakter ini adalah tokoh. Terkadang kita menjadikan brand kita itu sebagai pahlawannya, brand kita bisa membuat kita ganteng, bisa membuat kita keren, brand kita bisa membuat kita lebih percaya diri. Hal tersebut kurang tepat untuk dilakukan. 

Kita harus menjadikan brand kita tersebut sebagai petunjuk, yaitu petunjuk untuk karakter-karakternya. Karakter disini adalah customer kita atau pelanggan-pelanggan kita yang dijadikan sebagai tokoh utamanya. Contohnya pada brand Kaosin, 

Kaosin tidak seharusnya mengatakan "Kaosin akan membuat kita keren". Yang harus dikatakan adalah "Kaosin akan membantu orang-orang yang mempunyai kelebihan berat badan untuk berpenampilan lebih baik lagi."

Di karakter ini, kita akan diminta untuk menentukan tokoh yang menjadi pahlawan, atau siapa yang akan kita bantu sebagai brand. Contohnya pada Kaosin, yang akan dibantu yaitu orang-orang yang berbadan besar. Kemudian dicari tahu tokoh-tokoh ini ingin seperti apa. 

Misal pelanggan Kaosin adalah orang-orang yang berbadan besar tapi ingin berpenampilan lebih baik lagi.  Dari sini kita akan mengetahui siapa pelanggan kita yang ingin diarahkan, yang nantinya akan menjadi materi untuk membahasakan marketing kita, atau bagaimana kita berkomunikasi dengan pelanggan kita dari penentuan tokoh ini.

Yang kedua yaitu menentukan masalah, di dalam cerita yang Namanya tokoh tentunya selalu ada masalah. Mungkin memang ada cerita yang jalannya selalu mulus saja tanpa masalah dan pastinya cerita tersebut akan tidak menarik. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline