Lihat ke Halaman Asli

rifqahnz

Mahasiswa

Cerita di Kampung Adat Cireundeu Cimahi

Diperbarui: 12 Desember 2023   20:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

kemajemukan Indonesia membuat saya tertarik dengan berbagai macam agama termasuk aliran kepercayaan yang ada di negeri ini. ketertarikan itu membuat saya bergabung dengan teman-teman Youth interfaith community (YIPC). komunitas ini sering kali mengadakan dialog antar agama dan beberapa kali dengan aliran kepercayaan khususnya sunda wiwitan. kegiatan dialog bersama aliran kepercayaan sunda wiwitan, mebuat saya tertarik untuk turut bergabung melakukan dialog bersama mereka. 

kegiatan tersebut berlangsung 2 hari satu malam, selama di kampung adat, kami tinggal di rumah warga, makan dengan rasi yang berasal dari olahan singkong. Selain itu, kegiatan utama adalah belajar dan melakukan dialog bersama. salah satu kegiatan yang saya tidak pernah lakukan  adalah membuat janur yang berbahan dasar daun kelapa. Biasanya janur digunakan sebagai icon dalam pernikahan yang digantung di pintu masuk area pernikahan, tapi tenyata dari bahan dasar daun kelapa tersebut bisa digunakan sebagai mainan.

Ketika  membuat janur, kami dipandu oleh kang Oki, salah seorang penganut sunda wiwitan. "ikuti saya, pertama cari tengah daunnya, nih inikan ada yg keras di tengah, kita potong pake kuku, bagi dua sisain batang tengahnya" kang Oki yang memberi instruktur kepada kami, yang sedang belajar membuat pelucutan.

Semua orang fokus pada satu helai daun kelapa yang panjang untuk membuat berbagai macam janur, atau permainan tradisional seperti kekerisan (kris), sisimetan (semut), mpet-mpetan (terompet), pelecutan (pelecut), ketupat dll.

Belajar membuat janur harus memerlukan kejelian dan ketekunan plus kesabaran. Tidak semudah yang dibayangkan, bahkan membuat pelecutan, yang hanya tinggal di putar-putar akan sulit jika tidak ada ketiga hal diatas. Membuat mpet-mpetan semacam terompet pun tidak bisa membuatnya hanya sekali coba, diperlukan beberapa kali agar bisa menghasilkan suara yang keluar dari lubang daun tsb. Kami baru belajar membuat benda yang kecil. Saya tidak membayangkan membuat janur besar yang biasanya ada di pernikahan-pernikahan. 

Seolah terhipnotis dengan janur, kawan-kawan saya lupa dengan hp yang biasanya tidak lepas dari tangannya. tangan mereka sibuk memutar-mutar daun kelapa itu, telinga mereka hanya mendengarkan instruksi dari kang oki yang humoris, beliau dikenal dengan kegarangannya, ketika mengajari kami membuat janur pun sesekali ia kesal tapi diperlihatkan dengan kehumorisan yang dia punya. canda tawa yang ada saat membuat janur ini.

Aktivitas seperti ini bisa dijadikan sebagai metode belajar bagi anak-anak remaja yang saat ini sangat sulit sekali lepas dari hp, bahkan mungkin menuhankan hp. mengasah daya kreativitas anak-anak dan latihan kesabaran, kejelian dan ketekunan.

Membuat janur benar-benar membuat saya dan kawan-kawan merasa lebih dekat dengan mereka. berinteraksi secara langsung, canda tawa yang membuat kami lupa akan perbedaan dan lupa waktu, saking seriusnya dan asyik membuat janur.

Satu hal yang unik dari kegiatan ini, biasanya yang pengelola kerajinan adalah perempuan, disini kampung sunda wiwitan, hal seperti itu tidak berlaku, yang membuat kerajinan adalah laki-laki. membuat janur untuk upacara adat adalah tugas laki-laki bukan perempuan.

Tulisan ini telah dipublikasikan di Tumbler pribadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline