Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) merupakan ibukota negara Indonesia. DKI Jakarta menjadi titik pusat negara Indonesia. DKI Jakarta termasuk kota besar yang berada di antara kota-kota lainnya di Indonesia. Sebagian besar hal-hal yang mencirikan Indonesia berada di DKI Jakarta, seperti Monumen Nasional (Monas), Monumen Pancasila Sakti, Museum Fatahillah, angkutan umum Trans Jakarta, dan masih banyak lainnya. DKI Jakarta terbagi atas beberapa wilayah di antaranya yaitu Jakarta Timur, Jakarta Selatan, Jakarta Pusat, Jakarta Barat, Jakarta Utara, dan Kepulauan Seribu. Setiap wilayah memiliki kekhasan masing-masing, baik dari segi sejarah, kuliner, budaya, potensi daerah maupun sumber daya manusianya. Keunikan itu muncul seiring dengan perkembangan zaman. Namun, adapula yang justru hilang ditelan masa.
Sejarah mengenai salah satu maskot DKI Jakarta berada di wilayah Jakarta Timur tepatnya di sepanjang daerah Condet. Condet merupakan nama jalan yang mulanya berasal dari kata "Ci" yang berarti "air" dan "Ondet" yang berarti "pohon" (seperti pohon buni). Maskot itu adalah Salak Condet. Salak Condet merupakan jenis buah-buahan yang sangat digandrungi masyarakat Betawi tempo dulu. Beriringan dengan perkembangan zaman, perubahan itu tentunya memengaruhi tata letak kota dan iklim, sehingga mengakibatkan Salak Condet tidak lagi berada pada posisi semula. Posisi saat Salak Condet mudah ditemui dan menjadi idaman masyarakat. Pergeseran alam yang selalu dirasakan masyarakat khususnya wilayah DKI Jakarta, terlebih untuk masyarakat yang tinggal di bantaran Sungai Ciliwung sungguh sangat meresahkan. Berkaitan dengan habitat buah Salak Condet yang berada di bantaran Sungai Ciliwung mengalami peristiwa yang sangat tragis, yaitu hampir punah.
Maskot Salak Condet, belum banyak masyarakat yang mengetahuinya. Ada tetapi tidak diketahui maksud tujuannya. Sering kali Salak Condet diasingkan dan tergantikan oleh Salak Pondoh. Dikarenakan Salah Pondoh lebih mudah ditemui di pasar tradisional maupun pasar swalayan, sehingga Salak Condet menjadi kalah saing.
Berdasarkan fakta, bencana banjir pada tahun 1996, tahun 2002, dan tahun 2007 memengaruhi jumlah tanaman Salak Condet. Setiap bencana banjir datang, selalu saja tanaman Salak Condet mati karena berhimpitan dengan berbagai tanaman keras, seperti duku, nangka, rambutan, dan juga melinjo. Dari fakta tersebut membuktikan bahwa setiap kali bencana banjir datang, masyarakat Jakarta tentunya akan merasakan kerugian terutama dengan kehilangan jumlah dari tanaman Salak Condet itu sendiri. Jika dilihat dari tata letak kota di daerah Jakarta sangat sulit untuk menjumpai tanah kosong yang diisikan dengan tanaman-tanaman baik tanaman hias, tanaman konsumsi, ataupun tanaman yang menjadi ciri khas Kota Jakarta. Hal itu mengakibatkan kepunahan Salak Condet disebabkan tidak adanya tempat utnuk budidaya tanaman tersebut, sehingga semakin hari Salak Condet semakin terlupakan. Dengan itu dikeluarkannya Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 114 Tahun 2018 tentang Pengelolaan Tanaman Nusantara Khas Jakarta.
Peraturan yang mengatur tentang pengelolaan tanaman khas Jakarta, memang baru ada tahun 2018, tetapi konsep pemikiran itu sudah ada sejak beberapa tahun silam. Dimana mantan Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin pernah mengeluarkan keputusan mengenai perlindungan pada tanaman Salak Condet. Hal ini membuktikan bahwa keputusan itu tidak terlalu memengaruhi pada masa-masa berikutnya. Terdorong oleh permasalahan lahan kosong yang setiap tahun selalu berkurang digantikan dengan gedung-gedung bertingkat, dan juga iklim yang tidak menentu setiap kali musim hujan tiba seperti curah hujan yang tinggi. Maka dari itu, perlu ada tindak lanjut mengenai tanaman Salak Condet yang hampir punah. Jangan sampai tanaman ini punah karena kurangnya tingkat kepekaan masyarakat dan mengakibatkan hilangnya salah satu maskot atau simbol Jakarta.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI