Jakarta dengan kepadatan penduduk yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa, pendatang yang terus berdatangan dan berlomba lomba untuk mencari sumber penghidupan di kota Megapolitan tidak serta merta kerap mendatangkan berbagai masalah dan merupakan PR besar buat Pemprov DKI. Fauzi Bowo yang pernah menjabat sebagai Duta Pariwisata dan pecinta seni ini pada Minggu tanggal 9 September kemarin menghadiri acara menghadiri Pergelaran Aneka Tari dan Fragmen Dhamarwulan dengan Cerita Kemenangan Bupati Minakjinggo. Duta Seni dari Kabupaten Banyuwangi dan Halal Bi Halal Ikatan Keluarga Banyuwangi Se-Jabodetabek di Anjungan Jawa Timur Taman Mini Indonesia Indah,
Dalam kesempatan itu, Fauzi Bowo menegaskan bahwa keberadaan masyarakat Banyuwangi cukup penting. Buktinya, mantan Wakil Gubenur DKI Jakarta dan mantan Wali Kota Administratif Jakarta Barat adalah putera Banyuwangi. Sumber
Jadi tidak benar seperti yang telah gencar pemberitaan di berbagai media bahwa Fauzi Bowo terkesan anti dengan pihak lain yang ingin memimpin Jakarta. Jakarta adalah tempat berdiam dari berbagai macam suku bangsa, untuk itu hanya bermodalkan kebersamaan Jakarta bisa dibangun dan aman buat siapa saja.
Terkait dengan hal ini persoalan Spanduk isu SARA yang terpasang dekat MetroJaya yang di lemparkan pada pasangan Fauzi Bowo dan Nachowi adalah adanya pihak yang berkepentingan yang menginginkan supaya Jakarta rusuh. Anggota tim sukses Foke-Nara, Giofedi Rauf, mengatakan, selama ini pihaknya selalu menyuarakan untuk melakukan kampanye cerdas dan bertarung melalui debat program yang dimiliki.Untuk itu, tidak mungkin pihaknya memasang spanduk SARA seperti yang terjadi Kamis lalu. Sumber
Citra Fauzi Bowo yang terkesan arogan namun tidak begitu dengan kenyataannya, karakterisik orang tidak bisa disamakan dengan tampilan fisik dari luar. Maka dari itu banyak yang menilai Fauzi Bowo tentang negatifnya saja. Berbeda dengan orang yang terlihat ramah banyak senyum mungkin banyak dipuji orang tapi belum tentu sesuai sama yang sudah kita duga.
Jika masyarakat menginginkan pemimpinnya selalu tersenyum terus, kapan kerjanya?? Masa pemimpinnya harus melayani masyarakatnya dengan hanya tersenyum saja. Senyum saja tidak cukup, yang dibutuhkan adalah buah dari pemikiran yang akan memunculkan program-program pembangunan dan kinerja yang loyal serta ide untuk menuju Jakarta yang lebih baik dari berbagai sisi.
Mau pemimpinnya berasal dari suku manapun asalkan berpengalaman dan cukup faham tentang Jakarta menurut saya sah-sah saja. Karena ini bukan main-main Jakarta adalah kota yang heterogen dengan tingkat kemajemukan masyarakat yang luas serta sebagai Ibu Kota Negara kita yaitu Indonesia.
Untuk itu jika seseorang yang ingin berkesempatan untuk memimpin Jakarta diharapkan harus sudah benar-benar siap mental dengan berbagai macam hal yang akan dihadapi, Harus berani untuk memposisikan diri dalam keadaan bahaya dan tidak hanya pandai untuk memakai senjata dengan memperolok-olok dengan perkataan kepada pesaingnya jika diminta untuk berkampanye cerdas semasa pemilihannya.
Jakarta milik kita semua, siapa saja boleh memimpin Jakarta, ciptakan kampanye yang sehat dan bertanggung jawab karena dengan semua itu Jakarta akan memiliki seorang pemimpin yang amanah dan bertanggung jawab.
Negara kita berazaskan Bhineka Tunggal Ika, walaupun berbeda-beda tetapi tetap satu jua semoga hal ini mengingatkan kita selalu untuk tetap bersatu tanpa perpecahan. Jika kita semua bersatu apa yang kita harapkan insya Allah akan terwujud. Seperti halnya warga kota Jakarta yang beragam jika kita bersatu mendukung dan ikut bertanggung jawab atas program-program yang telah Pemprov DKI canangkan maka hasilnya akan maksimal, karena pembangunan bukan hanya tugas pemerintah terkait saja tapi tugas kita bersama.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H