Di klinik itu wajah si Ayah mulai jutek. Bukan masalah petugas klinik, antrian dan lama nunggu. BPJS sekarang cukup profesional. Dan si Ayah sudah bisa menikmati prosesnya.
Lalu apa yang membuat wajah si Ayah berubah menakutkan itu?
Lato-lato.
Iya, di luar, nunggu antrian pendaftaran, ada ibu bawa anak yang mainin lato-lato.
Beuh, pengen ngomel. Beneran aja. Yang ke klinik itu umumnya orang sakit. Jadi gampang esmosi kan. Apalagi di antara barisan antrian itu ada yang.....sakit gigi. Rasanya lebih baik sakit hati dibanding sakit gigi ditambah denger lato-lato.
Memang sih anak itu main lato-latonya gak kencang dan cepat. Tapi tetap saja sekalu dua bandul itu bertemu, kan seperti dua orang beradu kepala. Seperti itu juga kepala jadi panas karena telinga mendengar dentumannya.
'Nikmati saja. Anggap saja sebuah simfoni kebahagiaan masa kecil'.
Nikmati pale lo. . Masa kecilku kan gak gitu-gitu amat. Palingan ngeselin orang saat nyalain petasan. Atau bangunin sahur. Kan itu sudah pada tempat dan waktunya ngeselin orang. Bener gak?
Si Ayah sudah siap saja. Kalau dia masuk ke ruangan tunggu selepas pendaftaran, artinya seruangan sama si Ayah, si Ayah mau tegur. Sambil nunggu itu kepala si Ayah sudah berputar membuat skenario cara menegur. Dari yang soft sampai hard. Dari yang lembut sampai yang dibungkus emosi.
Terlihat si ibu dan anak lato-lato itu membuka pintu. Kedatangan mereka disambut dengan tatapan tajam si Ayah yang diduk di sudut terjauh. Tajam seperti silet.