Lihat ke Halaman Asli

Rifki Feriandi

TERVERIFIKASI

Open minded, easy going,

Statistics of Dream: Kekuatan Terbaik Itu adalah Mimpi

Diperbarui: 27 Januari 2021   06:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Statistika Mimpi | Juhaeri / dok. pribadi

Aneh sih. Apa hubungannya coba Statistika dengan sebuah Mimpi? Antara ilmu yang bersangkut paut dengan suatu data dan sebuah gambaran di benak saat tidur, atau khayalan sebagai cita-cita? Apakah itu berarti mimpi-mimpi lalu harus didata dengan ilmu statistika untuk lalu menjadi kekuatan yang terbaik itu?

Tentu tidak, Ferguso.

Karena ilmu statistika dan mimpi terkait erat untuk seorang Prof Juhaeri Muchtar. Setidaknya itu yang ditangkap dalam launching buku memoirnya dengan judul seperti itu: Statisctics of Dream. Launching diadakan pada tanggal 21.1.21 di lokasi virtual Ruang Tengah-nya Gramedia, sebagai penerbit buku tersebut.

Statistika adalah ilmu yang cukup vital peranannya di kala pandemi ini, tentunya di samping ilmu kedokteran dan semua yang terkait dengan ilmu kesehatan masyarakat. 

Bukankah dengan ilmu statistika, data-data tentang covid-19 -- jumlah tes yang dilakukan, pasien terinfeksi positif, jumlah kematian dll, dari tiap negara, itu kemudian diolah dan disajikan dalam bentuk sebuah informasi? 

Data-data yang diolah dengan ilmu statistika, kemudian juga digunakan untuk mengembangkan vaksin yang tepat sesuai kebutuhan masyarakat tertentu. 

Di sinilah seorang Juhaeri Muchtar berperan. USA -- Urang Sunda Asli, keturunan Pinangraja Majalengka itu, sekarang berkiprah di USA -- Amerika Serikat, sebagai Vice President and Head, Global Safety Sciences sebuah perusahaan farmasi global, Sanofi, dan beliau juga adalah Adjunct assistant professor at University of North Carolina.

Juhaeri, kadang menjadi Juhaeri Muchtar, Juhaeri Otong, Clint Juhaeri atau Juhaeri Juhaeri | dokpri

Memoar Kang Ju, begitu saya memanggilnya, berisi pergulatan hidupnya yang sangat berwarna sehingga sangat inspiratif dan perlu dibaca banyak kalangan, terutama masyarakat-masyarakat yang merasa "tidak berdaya" didera kemiskinan. 

Dilahirkan dari keluarga miskin, dengan rumah gubuk sangat kecil tanpa listrik, berdinding bilik, berlantai tanah basah dan beratap genteng bolong, Kang Ju lalu menjalani masa kecil dalam himpitan kemelaratan- termasuk kelaparan. "...disuruh pulang Guru karena terlihat sakit, padahal perut kosong. Melilit. Perih. Tidak kuat jalan. Lalu pingsan di pinggir jalan". 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline