Lihat ke Halaman Asli

Rifki Feriandi

TERVERIFIKASI

Open minded, easy going,

Jaga Tiga Waktu Ini agar Anak Tidak Boros di Bulan Puasa

Diperbarui: 28 Mei 2018   16:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasu Hemat atau boros? | Foto: http://binbaz.atturots.or.id/

Like father like son. Like mother like daughter.

Anak itu gampang sekali meniru orang lain, apalagi orangtuanya. Kalau tidak nurut kebiasaan ayahnya, ya siapa lagi kalau gak ikut gaya ibunya.

Sebagai orang tua, kita terkadang malu sendiri. 'Ini kok kebiasaan jelek dia kok sama kayak kebiasaan aku waktu kecil'. Termasuk dalam hal ini adalah kebiasaan boros atau hemat.

Anak kecil itu belum begitu mengetahui makna sebenarnya dari boros. Pikiran sederhana mereka masih dalam tataran mahal dan murah, mengeluarkan uang banyak dan sedikit. Itulah kenapa suka banyak anak merengek, seperti memaksa orang tua membelikan mainan yang dia inginkan, meski berharga mahal. Karenanya, orang tua lah pilar pertama yang sebenarnya perlu digugat jika sang anak kecil berlaku boros. Karenanya, bolehlab kita jaga tiga waktu di mana kita bisa mengajarkan hidup sshat di bulan puasa.

Ngabuburit

Ngabuburit terkait dengan berbuka. Baik kegiatan menunggu magribnya atau berbukanya, dua-duanya memiliki potensi boros. Ngabuburit terlalu jauh dan terlalu modern membutuhkan dana lebih banyak untuk ongkos, bensin dan juga parkir. Ngabuburit terlalu modern, semisal di mall, malah memancing selera manusiawi: konsumtif. Dua-duanya bisa memelorotkan grafik uang di kantong.

Selain itu, jika ngabuburit sepaket dsngan berbuka, ajang makan pun bisa berpotensi memboroskan diri. Di mall contohnya. Resto enak terkadang ada yang menjual lemon tea seharga 30 ribu rupiah. Itu minum doang. Harga yang bisa jadi masih bersisa untuk full makan kenyang di warteg. Bahkan kelas ngabuburit di bazar Ramadhan saja masih memiliki potensi boros. Iya, human nature: lapar mata. Segala dibeli. Sagala bres - segala masuk mulut. Berujung makanan sisa, masuk tong sampah, kekenyangan dan 'kalikiben'.

Tokok sagala aya di bulan puasa | Foto: Rifki Feriandi

Akhir Ramadan

Ada dua potensi boros di penghujung Ramadan itu: kue dan pakaian.

DanUrusan kue biasanya berpengaruh besar buat ibu-ibu. Anak kecil biasanya tidak begitu tertarik. Tapi mereka akan sangat berkepentingan dengan penampilan. Baju baru.

Saking sayangnya, terkadang kita memanjakan anak dengan pakaian yang bermerek agar terlihat berkelas dan keren. Bangga kan kalo orang lain melihat anak kita memakai pakaian dengan merek ternama. Padahal sih, merek tidak identik dengan bagus. Bagus atau enak dilihat itu tergantung pintar memilih dan pandai memadumadankan. Itu ilmu dari si Ibu. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline