Sahur itu memang berat. Apalagi buat anak kecil. Jangankan anak kecil, remaja bahkan dewasa yang tidak terbiasa saja akan sulit bangun. Sudah bangun pun kelopak mata seperti diberi gantungan batu. Jadi saja duduk di meja makan sambil setengah tidur. Mulut pun kadang tidak bisa menjelaskan makanan apa yang masuk. Jadi, terkadang kasihan si Ibu sudah masak tapi yang disentuh cuman minimalis.
Begitu juga dengan si Ade. Dia agak susah makan sahur. Paling tiga empat suap saja. Itupun makan dengan mata tertutup. Seberagam apa masakan si Ibu, paling cuman beberapa pilihan yang dia makan. Makanya, si Ibu mah sudah tahu kebiasaan dia. Jadinya bagi si Ibu masak sahur tidak seberat menjaga si Ade tidak tertidur terus saat makan. Ya, karena dia tahu kunci makan si Ade: Nasi pulen.
Iya, si Ade kalo diberi nasi yang panas, makannya ngalimed (Sunda -nikmat sekali). Nasi yang panas di sini berarti nasi yang ditanak pas, tidak terlalu lembek dan tidak terlalu keras.
Si Ade biasanya susah melanjutkan makan jika nasinya keras. Kebiasaan ini pun muncul di saat makan sahur. Dengan makan sahur nasi pulen, maka dmakan sahurnya bisa lumayan banyak. Dengan menu minimalis saja, seperti dadar mie atau ayam goreng, sudah cukup lah untuk memberi dia tenaga.
Setidaknya tidak hanya tiga suap doang. Apalagi jika ditambah susu satu gelas, hobi dia. Cukup lengkap bukan. Terkadang dia makan buah-buahan, meski sebatas di semangka. Cuman sayur saja yang jarang dimakan saat sahur, meski dia bisa bisa dibilang 'jurig kangkung cah'. Tapi itu menu siang atau berbuka.
Berbeda dengan Ade, si Ayah justru sedang menghindari nasi pulen. Iya, si Ayah suka kalap kalau ketemu nasi pulen. Bisa makan banyak. Padahal si Ayah lagi menata makan demi kesehatan dan mengurangi lingkar perut.
Nasi salah satu yang dijadikan tujuan untuk dikurangi. Maklum, usia gak pernah bohong. Jadi, si Ayah ganti nasi dengan berbagai alternatif seperti umbi-umbian. Kentang atau ubi menjadi pilihan. Apalagi ubi Cilembu. Eh
Sebagai menu utama, si Ayah bisa makan ayam atau keseringannya dengan telur orak arik. Digoreng tanpa minyak. Cie... Keren kan? Tambahan buah-buahan, favoritnya semangka dan pepaya, juga sengaja disediakan. Plus sayuran, yang si Ayah baru mulai belajar makan sayur hijau segar. Ditutup dengan tiga butir kurma. Kalau lagi pengen, si Ayah awali sahur dengan oatmeal lima sendok diaduk dalam susu non-fat 250ml, dicampur madu.
Ah, ternyata sahur Ayah gembul juga ternyata.
Namun, apapun menu sahur nya, yang penting adalah ada energi dan gizi yang masuk. Susah sih untuk membuat Anak makan empat sehat lima sempurna untuk menu sahur. Tapi, setidaknya kita sudah mencoba yang terbaik buat Anak, bukan?
Nah, kalau makanan favorit anak-anak di rumah teman-teman Ayah apa?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H