Lihat ke Halaman Asli

Rifki Feriandi

TERVERIFIKASI

Open minded, easy going,

Hardiknas 2018 Gaya Pendaki Kerinci

Diperbarui: 4 Mei 2018   15:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tim iTrex - Indonesian Trekkers di Puncak Gunung Kerinci | Foto: Adriansyah Sinaga iTrex

Adakah hubungannya antara mendaki dengan gerakan sadar literasi?  

Mendaki ya naik gunung, kotor-kotoran,  berkeringat,  muncak. Sementara gerakan literasi ya berkutat dalam perbukuan,  melek huruf dan pembinaan.

Dua aktivitas dari dua kutub yang sepertinya berbeda itu ternyata bisa disatukan, loh. Mau bukti? ITrex salah satunya.

iTrex atau Indonesian Trekkers adalah komunitas anak muda yang menyukai aktivitas pendakian. Komunitas ini dibentuk beberapa tahun lalu untuk mewadahi hobi yang sama, utamanya bertualang di alam bebas. Dikomandani Adriansyah Sinaga, komunitas yang juga diisi pelari-pelari jarak jauh ini telah berhasil menjejak beberapa gunung di Indonesia. Sebut saja Gunung Ceremai , Gunung Prau dan Gunung Lawu. Dua gunung dalam daftar Indonesia 7 Summit pun telah berhasil didaki: Gunung Semeru dan Gunung Rinjani.

31764716-10211053874694682-7495580631535976448-n-5aec19edab12ae5a3c3567b2.jpg

Di akhir bulan April 2018 ini, iTrex telah melakukan pendakian di gunung tertinggi kedua di Indonesia setelah Puncak Cartenz di Papua, yaitu Gunung Kerinci yang juga merupakan gunung berapi tertinggi di Indonesia (3805 mdpl). Dengan 24 orang pendaki, kali ini iTrex tidak hanya fokus terhadap pendakian, namun juga menciptakan peluang agar dapat memberikan manfaat untuk masyarakat di daerah yang dituju. 

Semacam aksi "giving back to the society". Untuk menghadirkan rumah baca ini, ITrex melakukan pengumpulan dana dari donatur, baik otu anggota ITrex ataupun relasi-relasi di sekitar anggota ITrex. tidak hanya fokus terhadap pendakian, namun juga menciptakan peluang agar dapat memberikan manfaat untuk masyarakat di daerah yang dituju, semacam aksi "giving back to the society". Untuk kesempatan kali ini, perwakilan iTrex - Rifki Feriandi beserta kontak Kerinci - Tommy Rakasiwi, telah melakukan penelitian singkat bersama warga Kerinci dan memutuskan bahwa kesempatan masyarakat untuk mengakses pengetahuan masih terbatas. Jaringan data dari operator gsm masih belum terjangkau dengan baik. Oleh karena itu, iTrex dan warga Kerinci mengharapkan adanya fasilitas semacam rumah baca yang selanjutnya akan dikelola oleh warga.

Anggota komunitas iTrex di dalam Rumah Baca Kincai Mengalun | Foto: Adriansyah Sinaga iTrex

Lokasi yang dipilih adalah di Desa Batang Sangir yang masih dalam wilayah Kecamatan Kayu Aro,  Kabupaten Gunung Kerinci. Desa ini berada tidak jauh dari Pintu Rimau,  pintu masuk ke arah Pintu Rimba,  awal pendakian Gunung Kerinci. Dari lokasi Rumah Baca,  Gunung Kerinci terlihat jelas.

Dengan semangat berinvestasi untuk anak Indonesia agar lebih berpengetahuan,  Alhamdulillah terkumpul dana sebesar 50 juta rupiah lebih dalam waktu tiga bulan. Jumlah yang melebihi target. Dana sebesar penuh digunakan untuk pembelian buku,  pengiriman buku, pembuatan rak buku,  pengolahan buku serta alat-alat pendidikan.

"Dengan kegiatan ini, kami berharap iTrex dapat memberikan kontribusi yang positif, dan bermanfaat bagi masyarakat sekitar, terutama dari segi literasi", jelas Adriansyah yang juga lebih dikenal sebagai Todi.

Paketu iTrex beserta beberapa anggota tim di depan Rumah Baca | Foto: iTrex

Meski tidak dikhususkan untuk memperingati Hari Pendidikan Nasional, pada tanggal 1 Mei 2018, selepas turun dari Gunung Kerinci di akhir Minggu dan berkunjung ke Danau Gunung Tujuh,  seluruh anggota ITrex berkesempatan mengunjungi Rumah Baca yang diberi nama Kincai Mengalun. Dalam kunjungan itu kami diterima dengan hangat oleh Pak kades Jamio beserta ibu,  Pak Sekdes Nani,  Ibu-ibu PKK dan PAUD serta anak-anak muda Desa Batang Sangir yang kelak akan menjadi pengurus rumah baca.

Delapan puluh persen buku yang dikirim adalah buku baru, pembelian dari donasi | Foto: Fichry Zulfisyahrin iTrex

Dalam perbincangan hangat dan akrab, Pak Kades mengemukakan kebahagiaannya karena akhirnya Batang Sangir memiliki rumah baca untuk umum. 'Semoga kami bisa mengelola dengan baik dan menjadi percontohan bagi Desa lain bagaimana tercipta kolaborasi antara pihak luar, pemerintahan desa dan masyarakat'.  Pak Kades dan Pak Sekdes pun bercerita tentang berbagai rencana aksi yang akan diwujudkannya sehingga rumah baca Kincai Mengalun akan terasa manfaatnya.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline