Lihat ke Halaman Asli

Rifki Feriandi

TERVERIFIKASI

Open minded, easy going,

Masjid Istiqlal Perlu Pembenahan "Sound System"

Diperbarui: 4 Maret 2017   06:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mesjid Istiqlal | Foto: Rifki Feriandi

Hari Minggu tanggal 26 Februari 2017 kemarin, dengan bersemangat saya naik Commuter Line demi untuk menghadiri ceramah agama. Kali ini berupa Tabligh Akbar dengan penceramah Syaikh Prof. Dr. Abdul Razzaq Al-Badr dan penerjemah Ustadz Firanda Andirja, M.A. Tabligh Akbar yang saya pikir menarik untuk dihadiri, utamanya karena topiknya pas dengan kondisi kekinian: Pilar-pilar Stabilitas Keamanan Negara. Rasa penasaran cukup tinggi, karena topik itu penting di tengah hingar bingarnya media sosial saat ini.

Alhamdulillah, meski datang satu jam lebih awal, saya masih bisa mendapatkan posisi duduk di ruang utama mesjid. Ruangan utama berkubah besar ini ternyata sudah penuh. Saya mendapatkan posisi duduk di sudut kiri bawah jika dilihat dari denah ruang utama dengan arah kiblat.

Acara dimulai lebih cepat dari jadwal dengan sepatah kata dari pengurus mesjid dan pembacaan latar belakang penceramah dengan tiga bahasa, Inggris-Arab-Indonesia. Saat acara pendahuluan itu, saya sudah merasakan kesulitan untuk mendengarkan ucapan secara jelas. Sepertinya ada gema. Saya tidak terlalu mempersoalkannya, karena masih pendahuluan kok.

Posisi duduk penulis, sayap kiri - suara penerjemah tidak jelas | Foto: RIfki Feriandi

Nah, saat acara puncak, saat Syaikh berbicara dengan bahasa Arab, suaranya cukup jelas didengar dari posisi saya. Namun ketika Ustadz Firanda berbicara (entah beliau atau bukan, karena saya tidak bisa melihat langsung, dan kebetulan saya tidak memakai kacamata) – yang terlihat menggunakan mikrofon berbeda, suaranya tidak jelas terdengar. Suara Ustadz memang terdengar, tetapi apa yang diucapkannya itu tidak terlalu jelas. Di satu saat, terdengar suara melengking, meski cepat hilang. Namun, sepanjang beliau berbicara, kembali suara yang terdengar tidak begitu jelas. Ketika kembali Syaikh berbicara, suaranya jelas. Tapi sepertinya, sound system yang bersambung ke Ustadz tidak dalam kondisi stabil. Jadi, terkadang suaranya jelas terdengar. Namun, kebanyakannya tidak jelas apa yang diucapkannya.

Setelah acara berjalan sekitar sepuluh menitan, ada beberapa jamaah mulai berjalan pulang. Entah apa alasannya. Namun, lima menit kemudian, saya pun termasuk mereka yang berdiri dan lalu berjalan keluar mesjid. Saya pikir, percuma ada di dalam mesjid jika kita tidak bisa mendengarkan ceramah secara jelas.

Barisan jamaah menuju ke luar pada saat ceramah masih berjalan, mungkin karena tidak bisa mendengar dengan jelas | Foto: Rifki Feriandi

Saat berjalan ke luar ruang utama, saya temukan bahwa di selasar / koridor belakang, suara Ustadz terdengar sangat jelas. Sepertinya, sound system di koridor menyambung langsung ke mikrofon Ustadz. Sangat jelas. Namun, ketika beranjak keluar koridor, suaranya kembali samar. Bahkan saya melihat, banyak dari jamaah yang justru mendengarkan ceramah dari radio yang menayangkan ceramah dari stasiun Roja. Saat sudah berada di luar mejid, suara penceramah dan penerjemah cukup jelas. Bahkan, saya menyempatkan diri duduk cukup lama di area masuk gerbang As Salam (gerbang terdekat ke Stasiun Kereta).

Di koridor suara lebih jelas dan bisa mendengarkan penceramah dan penerjemah dengan baik | Foto: Rifki Feriandi

Dari posisi berdiri di sini, suara lebih jelas terdengar | Foto: Rifki Feriandi

Bapak Pengurus Masjid Istiqlal,

Bolehkah sebagai jamaah saya memberi saran. Pada saat diadakannya ceramah umum atau tabligh akbar, alangkah baiknya jika semua sound sytem dicek kondisinya, agar suara yang muncul dapat didengar dengan jelas di semua tempat baik itu di dalam atau di luar ruangan mesjid. Akan lebih bagus – dan saya memiliki keyakinan bahwa memang sudah ada juklak juknisnya – untuk mengecek secara berkala kondisi sound system-nya. Mudah-mudahan tidak terlena dengan kondisi sound system yang sepertinya oke karena dipakai oleh penceramah atau ustadz yang bersuara nyaring, meledak-ledak. Tapi, cek juga kondisinya jika dipakai oleh penceramah yang bersuara standar atau yang cenderung pelan atau lembut.

Meski terlambat di tengah segala kesulitan, terlihat antrian menuju mesjid memperlihatkan gairah positif | Foto: Rifki Feriandi

Jikalau memungkinkan, sebagai mesjid paling keren di Indonesia, sudah saatnya meng-upgrade seluruh sound system dengan yang baru dan berteknologi terkini. Sebagai fasilitas keagamaan pun, akan sangat bagus jika Mesjid Istiqlal menerapkan teknologi sound sytem terkini sehingga membuat bangga umat Islam Indonesia.

Saran saya ini dikemukakan mengingat akan sangat kasihan jamaah-jamaah yang baru datang, dengan semangat menimba ilmu agama yang begitu tinggi, terlepas dari kendala keduniawian – seperti waktu, macet dll, tetapi dihadapkan kepada kondisi di dalam mesjid dengan ceramah yang tidak terdengar.

Meski saya memiliki keyakinan bahwa pihak mesjid pun akan selalu bebenah, tapi mudah-mudahan saran terbuka ini lebih memberikan dukungan serta memperlihatkan urgensi perbaikan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline