Lihat ke Halaman Asli

Rifki Feriandi

TERVERIFIKASI

Open minded, easy going,

Jangan Sepelekan! Kerja Kelompok: Latihan Bagaimana Anda di Masa Depan

Diperbarui: 2 Desember 2015   18:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sekelompok besar mahasiswa diminta melakukan satu aktivitas dalam kelompok kecil berjumlah sepuluh orang. Mereka dibebaskan untuk memilih teman sekelompoknya dan bebas pula untuk memberi nama kelompoknya. Lalu mereka berkumpul berdasarkan kelompok dan melakukan aktivitas kelompok.

Aktivitas yang diminta sederhana, yaitu menyaksikan pemutaran sebuah video sekitar lima menit dan lalu mendiskusikan apa moral cerita dari video itu, serta menuliskannya di selembar kertas. Video yang diputar adalah video mencekam, menyedihkan sekaligus inspiratif, diambil dari youtube, berjudul Gopher-Broke.

Memperhatikan apa yang terjadi sepanjang aktivitas itu, mulai dari proses pembentukan kelompok, diskusi kelompok sampai dengan pemaparan hasil kelompok, kita akan melihat beberapa hal yang menarik.

IQ atau EQ?

 

[caption caption="Kelas Inspirasi 1N3B"][/caption]

Saat diminta membuat kelompok bebas, apa yang menjadi alasan utama mereka mencari teman sekelompok? Apakah mereka berkelompok dengan teman yang pintar? Apakah mereka mencari teman yang bisa disuruh-suruh? Atau dengan si konyol yang membuat rame? Maukah mereka mengambil teman yang terkenal malas dan tidak punya semangat berkontribusi?

Ternyata, alasan utama pemilihan anggota kelompok tidaklah melulu berdasarkan pencarian teman berotak cerdas. Itu bahkan tidak menjadi kriteria utama. Mereka cenderung mendasarkan pencarian kepada teman dekat atau teman yang dikenal. “Teman dekat atau teman yang dikenal” mengarah kepada chemistry, ikatan pengertian, pemahaman akan kemampuan masing-masing. Dalam dialog, mereka menyebutnya dengan istilah “bisa bekerja sama”. Penulis menafsirkan itu adalah salah satu bagian dari kecerdasan emosi.

Kenyataan kerja kelompok ini sejatinya seirama dengan kenyataan dunia kerja. Mereka yang berhasil dalam dunia kerja atau bisnis tidak melulu mereka yang berotak cerdas, melainkan mereka yang bisa menggabungkan antara kecerdasan pikiran dan kecerdasan emosi. Mereka memahami apa yang harus dilakukan, memahami kemampuan dan potensi diri dan memahami sekeliling sebagai bagian tidak terpisah dari sebuah tim dalam pekerjaan atau bisnis. Itulah mengapa pada masa kini, keberhasilan tes masuk bekerja tidak lagi mendasarkan kepada hasil prestasi akademik, melainkan kepada hasil tes wawancara dalam melihat kemampuan emosi dan kepribadian atau attitude.

Speak Up - Aktif

[caption caption="Diskusi mahasiswa"]

[/caption] 
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline