Lihat ke Halaman Asli

Rifki Feriandi

TERVERIFIKASI

Open minded, easy going,

Empat Langkah Agar Tidak Ada Pengendara Sepeda Motor Melayang Lagi

Diperbarui: 25 Juni 2015   01:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Transportasi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Wirestock

Di penghujung Ramadhan dan menyambut mudik, saya sempat mengirimkan artikel berisi do’a untuk diaminkan. Doa yang diperuntukan bagi pemudik bersepeda motor, agar diberi Allah perlindungan, kelancaran, kemudahan, keselamatan dan kebahagiaan selama mudik dan balik.

Namun hari ini, Rabu 22 Agustus berdasarkan data Korps lalu Lintas Polri, selama 10 hari mudik, terjadi 3291 kecelakaan dengan 574 orang meninggal. Hampir 70% kecelakaan melibatkan sepeda motor (kompas.com).

Hari ini pula saya membaca berita meninggalnya petinggi sebuah perusahaan tambang batu bara terkemuka, juga karena kecelakan bermotor. Awalnya kening berkerut, karena “masa sih seorang Direktur perusahaan terkemuka ikut mudik bersepeda motor”. Namun berita yang saya baca kemudian cukup memberi penjelasan bahwa kecelakaan yang merenggut nyawanya justru terjadi di kelapangan jalanan di Jakarta di masa libur Lebaran. Juga jelas bahwa sepeda motor yang dikendarainya pun bukan kendaraan sepeda motor biasa, namun kendaraan berkelas dengan merk ternama. Kecelakaan terjadi karena sepeda motornya yang berkecepatan tinggi bertabrakan dengan sebuah mobil yang mau berbelok di jalur lambat (detik.com).

Dua berita ini menambah kuat kekhawatiran saya tentang keamanan sepeda motor. Jika dibandingkan dengan mobil, pribadi atau umum, sepeda motor memang mengekspos fisik pengendara langsung terhadap bahaya. Kehilangan konsentrasi sedikit membuat keseimbangan bergeser, dan jika digabung dengan kecepatan tinggi maka kecelakaan tidak bisa dihindari. Berbeda dengan yang menimpa mobil, kecelakaan terhadap pengendara motor akan langsung menyentuh fisik pengendara (pengemudi dan penumpangnya). Anggota badan sangat terbuka terkena kontak fisik parah. Dan jika itu menimpa organ vital, fatal pula akibatnya.

Untuk mengatasi hal ini tidak perlulah kita berbalas kata berujung saling menyalahkan – termasuk menyalahkan nasib masing-masing. Namun seyogyanya diperlukan dukungan dan pengertian serta tindakan semua pihak agar tidak terjadi fatalitas di jalan raya terhadap pengendara bermotor.

• Pemerintah menyediakan angkutan yang aman sebagai alternatif kendaraan pengganti kendaraan bermotor, dengan biaya yang terjangkau. Kegagalan dalam hal ini, baik dalam arti gagal menyediakan angkutan alternatif maupun gagal dalam menyediakan angkutan yang murah, akan menyebabkan tidak akan beralihnya pengendara sepeda motor ke moda transportasi lain. Dan bukankah itu berarti bahwa terjadi sebuah pembiaran sumber-sumber bahaya?
• Pemerintah menyediakan infrastruktur jalan yang bagus, tidak berlubang dan bergelombang, cukup penerangan jalan dan marka serta rambu lalu lintas.
• Kepolisian menyediakan layanan lalu lintas profesional, mulai dari penerbitan surat ijin mengemudi sampai dengan – dan yang lebih penting – penegakan aturan-aturan lalu lintas (termasuk menerapkan denda, tilang bagi pelanggarnya) untuk menjaga keselamatan pengendara. Penegakan aturan ini sangat penting mengingat pembiaran pelanggaran sebuah aturan akan berujung kepada sebuah kelalaian.
• Dan yang tak kalah penting adalah pengendara sepeda motor untuk lebih berhati-hati dalam berkendara. Pemeo “biar lambat asal selamat” mungkin cukup tepat dipakai dalam hal ini. Lambat bukan sebagai cerminan kekurangsigapan, tetapi lambat dalam arti memperhitungkan keamanan dan keselamatan. Pemeo lain yang juga cocok diterapkan adalah “ngapain cepat kalau sekarat, mending berkendara cermat namun selamat”.

Saya meyakini bahwa semua orang pun paham dengan hal di atas. Namun, menurut saya yang paling utama dari empat hal di atas adalah bahwa tidak bisa tidak, semuanya harus dilakukan bersamaan. Satu poin saja tidak dijalankan, maka keselamatan pengendara sepeda motor pun tidak bisa dijamin akan didapatkan secara optimal. Jika itu yang terjadi, maka kembali saya hanya bisa mengirim do’a agar Allah menjaga keselamatan dalam perjalanan berkendara sepeda motor.

Ayooo, kita (pemerintah, kepolisian, pengendara) BISA bekerja bersama!!!!




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline