Besok hari libur. Buku rapor sudah dibagikan. Rangking kelas sudah saya dapat. Boro-boro hadiah, seperti biasa bahkan Bapak dan Ibu tidak pernah bertanya mau ke mana liburan sekolah saat itu. Ke Ancol kejauhan, bingung transportasinya minjam mobil dari siapa. Mending kalau bisa ke Kebun Binatang. Maen di sawah, mencari belut, maen bola, maen layangan atau menangkap capung bosen. Di rumah? Ngapain pula, bakalan jadi pesuruh Ibu ke pasar. Saat itulah ide pergi ke Perpustakaan muncul sebagai solusi jitu menghabiskan waktu. Sebagai anak keluarga biasa saja, yang terbatas kondisi ekonominya, buku adalah barang mahal. Jangankan buku novel, majalah atau bacaan keren lainnya, bahkan buku pelajaran pun adalah warisan kakak-kakak tahun-tahun sebelumnya. Itulah menyenangkannya perpustakaan. Dengan berjalan kaki lima kilometer, saya kunjungi Perpustakaan Daerah Jawa Barat di belakang Gedung Merdeka. Saat itu baru saja dibuka satu sayap baru di sebelah kiri jalur masuk. Area baru itu diperuntukan bagi buku-buku baru serta majalah-majalah baru. Di situlah saya menghabiskan waktu tidak untuk membaca satu demi satu, tapi cukup membuka lembar demi lembar melihat foto-foto di tiap halaman yang bagi saya seru. Yang paling saya sukai adalah buku-buku sebesar majalah berisi ilmu pengetahuan umum, semisal bagaimana pesawat dibuat atau buku-buku dari penerbit Life itu loh. Karena saya tidak menyukai cerita silat, karena tidak dibiasakan (atau malah dilarang oleh ibuku), maka saya suka melewati area yang justru dipenuhi anak-anak. Jika sudah bosen di area ini, saya pindah masuk ke gedung lamanya. Meski bau ruangannya khas lembab dengan bau buku lama, saya cukup kerasan berada di sini karena bisa membaca buku-buku bahasa dan sastra Balai Pustaka. Senang rasanya jika saya bisa mendapatkan buku Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk karangan Hamka, untuk dibaca saat itu juga. Ah, boro-boro bisa minjam dibawa ke rumah, untuk daftarnya saja tidak berani, apalagi jika daftarnya butuh uang. Jadilah saat liburan saya puas-puasin untuk baca buku-bukuk sastra seperti itu. Kedatangan saya ke perpustakaan itu bisa berlangsung dua atau tiga hari. Sekali datang cukuplah dari pagi sampai jam makan siang atau dari jam makan siang sampai sore. Yang penting, bisa makan dulu di rumah. Saat itu, mana cukup bekal jajan untuk beli makan siang,itu pun jika dapat bekal. Jika sudah bosan di perpustakaan itu, besoknya saya berjalan sedikit ke sayap lainnya dari Gedung Merdeka. Ada sebuah perpustakaan baru dibuka, khusus untuk memperingati Konferensi Asia Afrika. Saya menyebutnya Perpustakaan KAA. Karena baru dibuka, saya dapati buku-buku yang benar-benar baru. Baunya pun beda, bau buku baru. Ruangannya pun terang, luas dan tidak bau. Dan saya amat sangat kerasan berlama-lama di sana. Alasannya sederhana, karena buku-bukunya itu loh yang merangsang minat: buku pengetahuan umum tentang negara-negara di dunia beserta adat istiadat serta foto-foto yang indah-indah. Saya tidak berani bergumam untuk pergi ke negara itu. Ah, mana berani bermimpi seperti itu. Saya cuman merasakan bahagia saja, bisa mendapatkan sesuatu yang baru. Buku baru, pengetahuan baru, keindahan foto-foto yang baru. [caption id="attachment_162321" align="aligncenter" width="300" caption="Satu sudut Perpustakaan KAA sekarang"][/caption] Kalau bisa sih saya tidak boleh bosan pergi ke Perpustakaan KAA. Tapi, ya bosan pasti ada toh. Tapi ketika bosan berkunjung ke Perpustakaan muncul, saat itulah waktu liburan menjelang berakhir. Saat itu, kita sudah tidak lagi berpikir mengenai liburan, tetapi sudah memulai aktivitas merapikan buku-buku tulis lama yang masih bisa dipakai untuk dipakai di tahun ajaran baru. Tapi jika masih ada waktu senggang, saya terkadang ambil sepeda, lalu mengayuhnya dari Mohammad Toha menanjak ke arah Dago, menyambangi Perpustakaan British Council ITB. Itu peristiwa saya lebih dari dua puluh tahun lalu. Namun itu pula yang mungkin akan dirasakan mereka yang berkehidupan terbatas yang tidak bisa berkata "liburan ke mana", tetapi lebih pada tanya "liburan ngapain". Perpustakaan adalah alternatif wisata yang menyenangkan saat liburan. Namun, sayangnya Perpustakaan sekarang tidak semenarik perpustakaan jaman dulu. Bahkan, Perpustakaan Daerah Jawa Barat yang dulu sering saya datangi sudah pindah dari tempat itu. Dan Perpustakaan KAA yang pada liburan kali ini sempat saya kunjungi, masih tetap ada di sana. Namun dengan kondisi yang berbeda, luas ruangannya menyusut jauh, kondisinya pun ikutan menyusut. Padahal di luar negeri, Perpustakaan itu tetap diutamakan untuk dipelihara. Mudah-mudahan Pemerintah masih peduli untuk terus meremajakan Perpustakaan agar menarik minta masyarakat,. Cag, 8 Januari 2012
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H