Lihat ke Halaman Asli

Rifki Feriandi

TERVERIFIKASI

Open minded, easy going,

Minggu Pagi Ramadan: Saat Paling Berbahaya Buat Remaja

Diperbarui: 26 Juni 2015   03:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika anda tinggal di kota besar atau kota dengan keramaian cukup tinggi dan anda mempunyai anak remaja, sebaik-baiknya berhati-hatilah tiap hari Minggu pagi Ramadan. Awasilah anak-anakmu lebih dari biasa, karena saat itu adalah saat paling berbahaya bagi anak usia tanggung yang sedang mencoba mengaktualisasikan diri. Bahayanya adalah kematian. Kematian akibat kebut-kebutan. Seperti yang baru saja saya perhatikan.

Pagi ini seperti biasa saya menemani si bungu berjalan pagi beberapa ratus meter di sekeliling kompleks. Tidak seperti hari Minggu biasa, hari Minggu bulan Ramadan ini jalan utama kompleks tidak terlalu penuh oleh pejalan kaki dan pelari pagi. Kali ini jalanan dipenuhi beberapa puluh kelompok anak remaja di atas motornya masing-masing. Tiap kelompok bisa terdiri dari lima orang, bahkan ada yang mencapai dua puluh orang. Apa yang mereka lakukan?

Sederhana saja. Mereka adakalanya berkonvoi dengan kecepatan yang super lambat. Adakalanya mereka cukup memarkirkan motor-motornya dan ngerumpi atau memperhatikan kelompok-kelompok lain yang lewat. Dan kadang pula mereka melakukan hal yang berbahaya baik bagi mereka atau orang lain: kebut-kebutan. Apalagi jalan utama komplek tempat saya tinggal cukup bagus kondisinya, lebar dengan mutu aspal yang bagus sehingga merangsang anak-anak untuk ngebut.

Dan ngebut membawa maut bukanlah basa basi. Sudah berapa puluh kecelakaan terjadi di jalan utama itu, padahal sudah beberapa polisi tidur ditambahkan. Kondisi jalan yang bagus tidak patut disalahkan, jika kesalahan utama adalah dari kesembronoan pengendara motor itu sendiri. Bahkan minggu lalu, di jalan raya utama di luar komplek, yang harusnya lebih ramai dan menyulitkan anak muda mengebut, satu orang meninggal karena tabrakan.

Dengan realita seperti itu, wajar saja pak polisi bekerja keras berjaga-jaga di sepanjang jalan itu, didukung oleh satpam-satpam kompleks. Namun kita sendiri sudah mafhum gejolak jiwa anak muda, sesuatu cara berjaga-jaga biasanya dianggap pengekangan. Dan jika melihat dan merasakan pengekangan, yang muncul malah sebuah tantangan bagi mereka. Dan tantangan bagi anak muda adalah wahana aktualisasi diri. Jadilah mereka melakukan sesuatu yang membahayakan diri dan sekeliling, bahkan jikalau aktivitas itu pun disebut aktivitas bodoh (stupid) sekalipun.

Kawan, cobalah kita dekati anak-anak remaja kita. Bicaralah dan berkomunikasilah sebagai teman ke teman. Awasilah secara bijak, termasuk awasi juga pemberian ijin mengendarai motor. Laranglah atau dekatilah jika kita melihat perilaku anak kita yang cukup sembrono dalam mengemudi. Dan yang terpenting adalah berilah mereka kebahagiaan dalam keluarga dalam bentuk perhatian dan pengertian, sehingga mereka bisa paham jika aktivitas di luar bukan melulu dan satu-satunya wahana mencari perhatian dan pengertian.

Jadi kawan, mari kita bahagiakan batin anak-anak kita.

Cag, 7 Agustus 2011

Di luar kecelekaan, bahaya lain yang bisa terjadi adalah TAWURAN.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline