Lihat ke Halaman Asli

Rifki Feriandi

TERVERIFIKASI

Open minded, easy going,

Christian Bautista, Andai Diriku Sekeren Dirimu

Diperbarui: 26 Juni 2015   01:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari kejauhan seorang cowok, dengan memakai baju warna kemerahan (atau oranye tua) mendekati antrian masuk pesawat. Makin mendekat ke antrian, makin jelas wajahnya. Dengan badan ramping, lebih tinggi dari diriku, wajah segar dengan perangai ramah, langsung saya bergumam 'ni cowok enak dipandang'. Dia memakai baju yang tidak terlalu ketat, namun khas style anak muda, dengan lengan pendek berkancing di pinggir dan memperlihatkan tangannya yang terlihat sering dilatih. Celananya entah jins entah apa, yang pasti memang enak dipakainya. Saya kemudian menduga jika ni orang pasti artis atau setidaknya model Indonesia. Tetapi sewaktu lewat kursinya, saya lihat paspor Filipina tergeletak di sandaran tangannya. 'wah, siapa ya penyanyi Filipina yang terkenal di Indonesia? Hmmm.....Christian Bautista gitu?'. Sepertinya dugaanku betul, karena wajah yang saya cari di gugel mirip dengan cowok itu. Melihat cowok keren seperti itu, saya kok merasa minder, 'kapan ya punya badan bagus, wajah ganteng kayak gitu?' Siapa sih cowok yang tidak ingin punya wajah enak dilihat, badan indah sampai apa saja yang dipakai pantas dikenakannya. Apalagi jika tampilan keren itu didukung perangai yang ramah dan baik hati. Tapi, saya akhirnya urungkan penyesalan dan keminderan itu. Saya lalu mencoba menyadari bahwa dia - atau model-model keren di majalah, tentunya telah melakukan usaha keras untuktampil seperti itu. Untuk  mendapatkan bentuk badan bagus sehingga bisa tampil keren, mereka rela berlatih di gym mungkin empat-lima hari dalam seminggu. Belum ditambah dengan pengaturan menu makan yang ketat. Bahkan ketampanan yang muncul di layar kaca pun bisa jadi muncul karena polesan make-up (hmmm.....cowok juga pakai make-up ya?). Dan bajunya yang enak dilihat pun besar kemungkinan adalah merek terkenal dengan harga aduhai. Sementara itu saya begitu terobsesi ingin menjadi seperti mereka, padahal saya tidak punya tekad dan usaha yang sama untuk menuju ke arah itu. Pernah berlatih di gym setahun, bosan, gak ada hasil, lalu olah raga seadanya, itu pun jika lagi kepengen. Makan ya standar lah, diatur istri, bukan oleh ahli gizi, mana masakannya enak-enak lagi. Belum santapan gorengan, bakso atau cemilan lainnya pada saat senggang. Sementara semahal baju apapun yang dipakai ya ngapain terlalu mahal, jika nanti terkena bau knalpot kendaraan umum, polusi udara ketika turun dari kereta atau bahkan bau standar mobil yang kepanasan. Sementara untuk bermake-up, saya kok masih berpikir nanti seseorang akan bilang 'idiiiih, emang eike cowok apaan'. Lalu, tanpa usaha-usaha seperti itu saya ingin mendapatkan hasil yang sama ganteng dan kerennya? Please deh ah. Kemudian pada saat saya menulis artikel ini, saya perhatikan lagi foto profil saya sendiri. Sebuah foto hitam putih atau tepatnya putih-kuning, dengan fokus cowok muda. Itu bukanlah foto saya. Itu adalah foto bapakku, sewaktu dia masih muda, sebelum menikah dengan ibuku. Saya perhatikan sedikit lebih jeli, 'wah, Papap waktu muda ganteng ya. Berarti saya ada turunan ganteng nih'. Lalu pikiranku melayang ke masa saya kecil sampai besar dan dewasa ini. Papap, begitu saya memanggil ayahku, tidak pernah mempunyai pemikiran menjadi artis, atau berpenampilan keren seperti artis - apalagi dulu belum banyak yang namanya artis, paling Titik Piuspa, Titik Hamzah, Titik Sandhora dan titik-titik lainnya. Tapi tetap di bebapa foto lainnya pun wajahnya tetap ganteng, penampilannya keren, enak dilihat. Demikian pula ibuku sewaktu muda, sebelum menikah dengan ayahku. Beliau terlihat cantik, keren dan enak dipandang. Padahal siapalah mereka. Ayahku hanya pegawai menengah, ibuku hanya ibu rumah tangga. Kami keluarga tradisional sederhana, sesederhana ayahku dalam mencari nafkah yang halal dengan kejujuran dan tingkah laku berbudi. Dan ternyata kawan, itulah yang membuat ayah-ibuku terlihat enak dipandang. Itu kata saya, anaknya. Itu juga kata kakak iparku, menantunya. Tapi itu juga kata tetanggaku, dan teman-teman kerjanya dulu. Ayah-ibuku ganteng dan cantik, karena mereka orang baik dan ikhlas. Mereka terlihat enak dipandang karena mereka mempunyai kecantikan pribadi. Kecantikan dari dalam. Inner beauty. Kecantikan dari akhlak mereka. Kecantikan yang akan diingat dan tetap muncul sampai mati - 'Ibumu saat meninggal cantik sekali wajahnya. Cerah'. Dan kegantengan ayahku  yang tetap muncul sampai umur bertambah tua dan sekarang berusia 87 tahun sekarang ini.

Bukankah inner beauty itu berarti kita memberi perhatian pada etika, akhlak dan karakter yang baik, dan jug mempergunakan anggota tubuh di jalan kebaikan? Bukankah kecantikan tidak harus muncul dari bibir yang merah merekah, lembut dan lembab, tetapi bisa lebih muncul dari mereka yang berbicara santun, suara yang menyejukan dengan bahasa yang baik dengan memberikan kesan mendalam bagi pendengarnya dan bukannya sumpah serapah, emosi tanpa hati? Bukankah keindahan tidak harus muncul dari mata biru bening saja, namun lebih juga dari mata yang teduh karena melihat kebaikan-kebaikan orang dan tidak hanya melihat keburukan saja? Bukankah perilaku kebaikan memberi kecantikan dan keindahan yang tak kalah KERENnya dibandingkan dengan penampilan fisik?

'Ah, Rifki. Ngapain lagi pengen kayak Christian Bautista. Kalo pengen seperti dia ramahnya, ya oke-oke sajalah. Tapi elo sudah punya figur ideal tuh buat dicontoh. Ngapain lagi nyari jauh-jauh. Biarin lah perut tidak rata, obsesimu sirna, sedikit menggunung. Bukankah anak bayimu suka tiduran di atas perutmu kan? Ngapain juga khawatir dadamu berlemak seperti buah dada seoaramg dara muda, karena toh kamu gak akan memakai baju ketat lagi kan? Gak perlulah kau photoshop pipimu yang tembem itu, atau panjangkan lehermu. Seadanya saja lah. Kamu kan sudah punya modal inner beauty, jadi pancarkanlah inner beauty itu?' 'Haaah. Inner beauty dari mana?' 'Orang bilang kan kamu anak baik-baik, suka menolong, pandai mengaji. Baik hati, baik budi dan tidak sombong. Suci dalan pikiran perkatanaan dan perbuatan.' 'Halah. Pramuka kaleee'' Jadi apakah diriku masih ingin menjadi sekeren Christian Bautista? Ah, whatever lah. Inilah saya. I am what I am. Mudah-mudahan saja saya cukup keren karena saya dulu anggota pramuka kan :) Tapi, jika anda  cowok keren sepesawat GA 835 dari Singapura, 21 September 2011, penerbangan jam 20.20 yang diminta difoto Mbak petugas imigrasi, itu adalah benar Mas Christian Bautista, dan kebetulan Mas Christian Bautista  membaca artikel ini, atau ada teman dekatnya yang baca artikel ini, salam kenal ya (jiaaaah, maklum, saya tidak pernah kenalan dengan artis). Drop me an email ya, siapa tahu berkenan berkunjung ke rumah saya dan bertemu anak istri saya.  (Sekalian test case kesetiaan istri nih, masih suka sama saya atau tertegun lihat  cowok ganteng? qiqiqi) Cag, 21 September 2011 Kahlil Gibran katanya pernah berkata ~ Beauty is not in the face; beauty is a light in the heart. ~ ~ Attractiveness and magnetism of man's personality is the result of his inner radiance. ~ entah dari siapa atau buku apa?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline