Lihat ke Halaman Asli

Rifki Feriandi

TERVERIFIKASI

Open minded, easy going,

Mas, Minta Plastiknya! Pelit Amat!!

Diperbarui: 25 Juni 2015   22:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Pada antrian kasir sebuah supermarket besar, seorang bapak setengah baya sedikit menghardik kasir dengan nada tinggi: 'Mas, minta plastiknya! Pelit amat!!'. Selidik demi selidik ternyata dia kecewa, sebuah beras 5kg yang dia beli hanya dibungkus sebuah kantong kresek saja. Dia mungkin berpikir satu lembar plastik untuk bawaan berat bisa-bisa sobek. Padahal, jika saja dia lebih mengerti, bahkan satu lembar kantong kresek pun sebenarnya tidak diperlukan. Bukankah beras 5kg itu dibungkus plastik tebal dengan tiga lubang di ujung atasnya untuk menjinjing? Bukankah pula bapak itu masih mendorong troli sampai ke tempat parkir mobilnya? Lalu, kenapa pula dia tidak langsung menaruhnya di troli, tanpa membutuhkan kantong kresek lagi? Waduh! Ternyata perilaku sederhana seperti itu masih sering juga saya lakukan. Dalam beberapa kasus, saya pernah berlaku seperti Bapak di atas. Lalu, bagaimana mau ikut menyelamatkan bumi dengan mengurangi penggunaan plastik, bahkan untuk hal sederhana seperti itu saja, bukannya sadar tidak menggunakan plastik, ini malah minta tambahan plastik (dan kasir pun mendapatkan bonus tambahan berupa hardikan). Kawan, Jika kita berbelanja dengan anak istri ke supermarket dan membeli sekantong beras 5kg-an, mari yuk kita belajar bersama untuk memanfaatkan tiga lubang di kantong itu untuk menentengnya. Mari juga kita bersama mencoba membiasakan diri berkata kepada petugas kasir: 'Gak, apa-apa Mbak. Gak usah diplastikin, ini sudah ada lubang untuk menentengnya kok mbak'. Dan iringi ucapan itu dengan senyum, sedikit saja. Atau jika tidak mau tersenyum ya tidak apa, cukup ucapkan kalimat itu dengan tulus. Lalu, janganlah terlalu mengharapkan imbalan atas aktivitas itu. Lakukan saja dan ikhlaskan, karena nantinya pun akan muncul sebuah rasa yang tersembunyi di hati. Rasa nyaman dan rasa bahagia yang muncul tiap kali kita membuat langkah sederhana yang benar dan baik. Dan jika lalu kita dapatkan senyuman simpatik dari petugas kasir, sedikit decak kagum tersembunyi pengantri di belakang kita atau senyum mengerti anak kita yang seolah berkata 'oh, ikut jejak ayah ah', anggaplah hal itu semua sebagai bonus. Dan jika kita dapati sebuah senyum simpul sedikit sinis, atau gumaman 'belagu lo, sok jadi pendekar lingkungan', anggaplah hal itu sebagai sebuah peringatan bahwa ada hal alami penolakan terhadap segala tindakan, dan juga sebagai warning agar kita bertindak lebih ikhlas. Yang penting, belajarlah mengimplementasikan atau mulai melakukan sebuah kebaikan dari hal yang kecil. Karena, kebaikan itu membahagiakan loh. Cag, 6 Desember 2011

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline