Lihat ke Halaman Asli

Rifki Feriandi

TERVERIFIKASI

Open minded, easy going,

From Sendai with Tears

Diperbarui: 26 Juni 2015   07:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Gusti, Tuhanku
Kini aku bersimpuh di penghujung malam
Dalam bekunya cuaca musim dingin
Tanpa atap, tanpa jendela
Langsung bersinar rembulan tersaput awan
Dengan pakaian seadanya
Karena itulah yang tersisa

Ya Allah,
Baru kali ini sajadahku adalah bumi tempat kuberpijak
Dan kubersujud di tempat biasa kubersujud
...setidaknya menurut perkiraanku
Karena telah hilang segala jejak
Dan bumi itu pun kini kotor, hitam
Dengan berbagai bangkai
rumah, mobil, kapal dan .... manusia

Dan aku kini sendiri ...

Aku tahu ini cobaanMu Rabbi,
Aku tahu kelak aku kan kehilangan mereka
Istriku...
Anak gadisku ...
Ade bayi kembarku ...
Karena kuberfirasat akan kehilangan mereka di sekelilingku
Namun cobaanmu telak ke jantungku
Kau renggut semuanya, tidak bersisa
Dalam satu waktu

Saat bumiMu Kau suruh menggeliat,
Berdiripun bahkan kami tak mampu
Karena bangunan tempat ku tinggal bergoyang hebat
Bergoyang... seperti sedang mengolok-ngolok penyanyi dangdut dengan gaya berbagai ragam
Goyangan gempa yang terasa
kadang patah-patah
bergetar, atau menggeliat naik turun
Keras, kencang
Beruntung rumah kami hanya berstruktur kayu beratap ringan

Saat itu kami masih bersama, berempat setidaknya

Gempa yang begitu dahsyat
Istriku panik, wajahnya pucat
Pasi
Bayi-bayiku kaget
Histeris
Meski sebenarnya kami terbiasa berlatih bencana
Dan aku? Harus tenang, kan?

Di jeda goyangan, yang hanya sebentar
Kuturuti raungan sirine tanda tsunami
Seperti latihan berkali-kali
Kupaksa berkendara, menjauh bibir pantai
Karena kutahu, gelombang akan datang
Seperti datangnya kecemasan kabar si sulung yang sedang bersekolah

Di jalan yang mulus itu, kupacu mobil putih itu dengan kencang
Tak peduli ini di Sendai, bukannya Jakarta
Aku mengemudi seperti kesetanan,
Seperti dikejar hantu yang siap menerkam
Seperti menjadi penjahat yang dikejar polisi dalam filem di tivi
Dan memang aku ketakutan ya Allah

Istriku sudah lemas tidak bersuara
Wajahnya tidak ubahnya kapas tanpa warna
Diiringi tangis histeris bayi kembarku yang tidak bersuara,
Kulihat dengan sudut mata
Di kejauhan makhluk-makhluk hitam gelap berkejaran
Bak ribuan ekor kuda raksasa
Dengan kecepatan tak terkira

kutengok kaca
Dan jelas, jelas sekali di belakangku sedang mengejar sesosok raksasa
Hitam
Kelam
Tinggi, tinggiiiii sekali Gusti
Lebar-lebaaar sekali bahkan seperti beribu-ribu raksasa saling beriringan mengejar
Bergemuruh ... Menggelegar

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline