Lihat ke Halaman Asli

Rifki Feriandi

TERVERIFIKASI

Open minded, easy going,

Mongkok dan Tips-tips Crazy Bargaining (1)

Diperbarui: 26 Juni 2015   04:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Jika anda pada suatu kesempatan jalan-jalan ke Hong Kong, tidaklah afdol jika anda tidak pergi ke Mongkok. Kecuali anda seorang sosialita (God, I hate this word), baik sosialita cewek atau cowok yang lebih memilih menuju butik-butik berkelas di Canton Road, anda akan menemukan keasyikan tersendiri jika mengunjungi Night Market di Mongkok. Dan keasyikan apa lagi jika bukan mencari oleh-oleh buat di tanah air yang murah-meriah-menarik. Dan tambah asyik lagi kunjungan itu karena kita amat ditantang untuk menguji keahlian kita dalam tawar-menawar. Dan saya akan bocorkan sedikit rahasia tawar menawar itu.

Inilah dia rahasianya:

1. Kenali dulu harga barang yang dibeli di pasaran atau tempat biasa yang tidak bisa ditawar, sehingga kita punya gambaran apakah pedagang di Mongkok memberi tawaran pertamanya yang gila - karena kita terlihat seperti idiot yang melongo, atau memberi penawaran yang logis. Untuk cendera mata, jadikan harga di kios cendera mata Terminal Star Ferry di Tsim Sha Tsui sebagai patokan.

2. Jika mempunyai kaki yang kuat mengiringi waktu yang lapang, susuri dulu pasar malam itu dengan santai dari ujung satu ke ujung lain, sambil tidak lupa mampir di kios yang menarik minat anda dan tanyakan harganya. Cukup tanyakan saja harganya saja, sebagai pegangan nanti. Dari penyusuran itu ada kalanya terlihat sebuah kios dengan tag harga pas, tanpa bisa ditawar. Jadikan itu harga patokan terendah yang bisa kita tawar nantinya.

3. Jika tidak mendapatkan patokan harga pas, barulah kita memulai mempraktekkan crazy bargaining kita. Mampirlah di kios yang dituju, tanyakan berapa harganya, dan cobalah buat raut wajah yang kaget dan sedikit cemberut, yang diartikan 'busyet, mahal amat'. Lalu berlalulah.

4. Si pedagang, yang umumnya fasih berbicara Inggris yang cukup dimengerti lalu menahan kita pergi dan bertanya berapa kamu akan tawar. Disinilah crazynya. Tawarlah jangan tanggung-tanggung. Jangan ditawar kurang dari setengahnya bagi barang yang sama sekali kita tidak tahu harga pasarnya. Saya bahkan sempat menawar 40% dari harga yang ditawarkan (artinya ditawar 60%). Dan diapun kemudian akan menurunkan harganya pula.

5. Jangan terburu-buru menurunkan harga tawaran pertama kita, nikmatilah pajangan barang-barangnya, sambil kita pelajari perilaku si pedagangnya. Jika terlihat si pedagangnya 'jaim' - bermuka ketus, atau memberi komentar pedas, ya ngapain kita turunin tawaran kita. Langsung pergi saja, kan masih banyak kios-kios lainnya.

### jeda dulu ah, pegel nih jempol, tunggu sambungannya kawan ###

Cag heula, 17 Juni 2011

Amat tidak mungkin kan menulis dan sauna dikerjakan bersamaan. Inilah yang terjadi, saya sedang bersauna di dalam kereta ekonomi AC yang tidak nyala ACnya. Jadi terpaksa saya bersauna dulu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline