Lihat ke Halaman Asli

Rifki Feriandi

TERVERIFIKASI

Open minded, easy going,

Kenaikan Isa Al Masih. Liburan apaan itu?

Diperbarui: 26 Juni 2015   04:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Hari ini adalah hari libur resmi di Indonesia. Sayangnya saya harus merelakan hari libur ini untuk tugas kantor, bertemu dengan rekan-rekan sejawat se-regional. Saat itulah, ketika rekan dari Philipina yang menerima pemberitahuan dari kantor Jakarta bahwa Jakarta libur dua hari untuk libur Kenaikan Isa Al Masih - atau Yesus Kristus, mereka berkata "lha, kenapa Indonesia negara Muslim ada hari libur seperti ini, padahal Filipina yang negara dengan pemeluk Kristen besar justru tidak ada?". Bahkan bos dari Australia nyeletuk "Perhaps someone who receive email will ask you Rifki, what is Ascention day?". Dan setelah ditelusuri, dari semua yang hadir, yang mayoritas datang dari negara dengan penduduk beragama Kristen yang dominan, ternyata negaranya tidak memberikan hari libur untuk perayaan Kenaikan Isa Al Masih.

Apa itu Kenaikan Isa Al Masih? Mungkin sudah tahu jawabannya, bahwa peristiwa itu adalah diangkatnya Nabi Isa ke langit. Sudah banyak artikel yang membahas itu, seperti ini dan ini. Namun saya cenderung menjawab pertanyaan yang lain, yaitu "Liburan apaan itu?

Saya melihat bahwa liburan Kenaikan Isa Al Masih adalah bukti adanya pengakuan perbedaan di Indonesia. Hal ini membuktikan kepada dunia bahwa negara kita yang mayoritas beragama Islam, ternyata bisa memberikan toleransi yang tinggi kepada pemeluk agama lain untuk merayakan hari-hari besar agamanya. Bukan hanya terhadap mereka yang beragama Kristen, Katolik, tapi bagi mereka yang sedikit pemeluknya seperti Budha dan Hindu pun dihargai keberadaan hari besarnya.

Tidak hanya itu, kita bisa melihat bahwa dengan adanya hari libur keagamaan, diharapkan para pemeluk agama akan menggunakannya untuk sedikit merenung akan arti keagamaannya. Bagi mereka yang berPaskah, mengunjungi misa. Bagi mereka yang ber-Nyepi, berdiam diri dari aktivitas. Bagi mereka yang berWaisak mungkin ikut bersembahyang di Borobudur. Dan bagi mereka yang beraHijrah, memahami arti Hijrah Nabi Muhammad. Arti kasarnya, diharapakan dengan adanya liburan hari besar keagamaan, akan ada sedikit pelajaran keagamaan yang dipetik umatnya.

Namun, apakah tujuan itu masih ada di diri kita? Apakah liburan keagamaan hanya ditunggu untuk diambil hari liburnya, bermain bersuka ria, tanpa ada makna yang bisa diambil, meskipun sedikit?

Mari kita sejenak merenung kembali akan hal ini. Mari kita pergunakan hari libur keagamaan untuk lepas dari penat keseharian, berlibur bergabung bersama keluarga dan orang yang dicinta. Namun, mari kita juga iringi hari libur keagamaan ini dengan mengambil makna dari peringatan itu, sedikit demi sedikit saja dulu, sehingga setidaknya bisa lahir sebuah kebaikan dari pemaknaan itu.

Dan bukankah kebaikan akan kembali berbuah kebaikan.

Cag, 2 Juni 2011




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline