Lihat ke Halaman Asli

Rifki Feriandi

TERVERIFIKASI

Open minded, easy going,

Si Nyinyir Menyinyiri

Diperbarui: 17 Juni 2015   19:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Pilpres sudah usai. Namun bekas-bekas “perseteruan” dua kubu masih berlanjut. Padahal sang jago sudah salaman, berpelukan dan hormat-hormatan. “Perseteruan” yang memang seru, karena setidaknya telah membuat sebuah kata makin berkibar. NYINYIR.

Tadi pagi saya buka kamus bahasa Indonesia yang berwarna hijau kecil. Saya temukan arti kata “nyinyir” persis seperti yang saya temukan di KBBI versi daring (daring = bahasa Indonesianya on line, luring = off line). Nyinyir adalah mengulang-ulang perintah atau permintaan; nyenyeh; cerewet. Kata itu berkelas kata sifat atau kata benda.

Saya cukup bingung dengan arti kata itu. Alasannya sederhana, karena terjemahan kata nyinyir cuman itu, padahal selama ini kata itu digunakan – atau lebih tepatnya dipersepsikan – sebagai sebuah tindakan mengungkit-ngungkit atau mencari-cari kesalahan orang, seperti yang dilakukan pihak satu atau pihak dua dalam pilpres kemarin, dan berlanjut sekarang. Saat ini, konotasi negatif dari penggunaan kata itu sangat kentara.

Entahlah apa terjemahan kata di KBBI tidak begitu lengkap atau mungkin itu yang disebut bahasa yang terus tumbuh ya. Kata itu lalu tumbuh menjadi memiliki konotasi yang lebih spesifik.

Jika kita mencoba mencari padanan katanya dalam bahasa Inggris, lewat google translate, maka akan kita temukan kata “nosy” sebagai padanan kata “nyinyir”. Nah, “nosy” dalam bahasa Inggris mungkin tepat dipakai untuk kondisi sekarang. “Nosy” berarti “(of a person or their behavior) showing too much curiosity about other people's affairs”, kata benda yang berarti orang atau tindakan memperlihatkan kekeingintahuan terlalu banyak terhadap urusan orang lain. Arti dalam kata kerjanya adalah “pry into something”. Nah arti kata “pry” sendiri adalah membongkar, mengungkit, mengintip, mengintai, menyelidiki, ingin tahu, mencampur-campuri, cawe-cawe. Dalam artian seperti ini, maka terlihat bahwa kata “nyinyir” ya bolehlah mendapatkan “kesahihan” (dari sudut orang awam) sebagai kata yang sekarang memiliki konotasi seperti yang sekarang terjadi. Kalau begini, boleh dong Kamus Besar Bahasa Indonesia untuk dilengkapi. Plisss…..

Nah sekarang, pertanyaannya adalah apakah boleh menggunakan kata “nyinyir” sebagai kata kerja? Apakah boleh mengubah kata benda / sifat itu dengan ditambah awalan “me” dan akhiran “I” sehingga menjadi kata benda “menyinyiri”? Bukankah sebuah kata benda atau kata sifat dapat berubah menjadi dengan menambahkan imbuhan? Lebar – kata sifat, melebarkan – kata kerja. Maka boleh dong saya membuat kalimat “Si nyinyir menyinyiri Riri”?

Ah… da aku mah apa atuh. Bukan penulis bukan ahli bahasa.. Jadi, mangga atuh bagi ahli bahasa Indonesia untuk urun pendapat memberi penjelasan bagi kita-kita ini yang segini juga sudah uyuhan

Cag

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline