Lihat ke Halaman Asli

Rifki Azizan Bachtera

Undergraduate Public Relations and Digital Communication at State University of Jakarta

Mungkinkah Kecerdasan Buatan Gantikan Peran Manusia?

Diperbarui: 19 April 2024   22:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Kompas.com

Jakarta - Dunia sudah memasuki era industri 4.0 dan akan mempersiapkan diri menuju era industri 5.0. Media konvensional seperti koran, majalah, dan lainnya kian hari ditinggalkan karena tidak mencapai efektivitas seperti halnya media digital. Kecerdasan buatan atau Intelligence Artificial (AI) adalah sesuatu yang dianggap akan menggantikan peran manusia, khususnya dalam banyak bidang pekerjaan. 

Senior vice president of strategic planning Salesforce, Peter Schwartz menyatakan bahwa AI tidak akan menggantikan peran manusia. Ia menambahkan bahwa teknologi akan membuat manusia mampu untuk lebih baik mengerjakan pekerjaannya, sedangkan AI membuat manusia berfokus pada isu-isu seperti kreativitas dan keterampilan interpersonal. 

Adapun beberapa contoh penerapan AI dalam konteks kreativitas dan keterampilan interpersonal sebagai berikut. 

  • Menciptakan seni dan desain: AI dapat digunakan untuk membuat seni visual, musik, dan desain. Misalnya, algoritma generatif seperti GAN (Generative Adversarial Networks) dapat membuat gambar unik, dan algoritma pembelajaran mesin dapat menghasilkan musik atau desain grafis berdasarkan pola yang ditemukan dalam data pelatihan.
  • Pengeditan foto dan video: Alat AI seperti Adobe Photoshop dan aplikasi seluler seperti Prisma menggunakan kecerdasan buatan untuk memberikan efek artistik pada foto dan video Anda. Anda juga dapat mengubah gaya foto Anda, menambahkan filter, dan menghasilkan gambar dari sketsa.
  • Asisten Kreatif: Menggunakan kecerdasan buatan seperti Google Assistant dan Siri, asisten virtual dapat membantu Anda bertukar pikiran tentang ide-ide kreatif dan menyarankan desain berdasarkan preferensi Anda.
  • Pelatihan keterampilan interpersonal: Didukung oleh kecerdasan buatan, platform e-learning  dapat memberikan pelatihan keterampilan interpersonal seperti komunikasi yang efektif, negosiasi, dan kepemimpinan. Mereka dapat memberikan umpan balik langsung dan sumber daya yang disesuaikan dengan kebutuhan pribadi Anda.
  • Pengenalan Emosi: AI dapat dilatih untuk mengenali emosi manusia berdasarkan ekspresi wajah, nada suara, dan bahasa tubuh. Ini dapat digunakan dalam aplikasi seperti asisten virtual untuk memberikan respons yang lebih sesuai secara emosional.

Dengan hadirnya AI membuat manusia menyesuaikan diri dalam melakukan pekerjaan yang melibatkan AI. Kita patut bersyukur bahwa kini kita hidup dalam era kemudahan teknologi yang membuat seluruh lapisan kehidupan menjadi lebih baik. Jika dianggap AI akan menghilangkan peran manusia dalam pekerjaannya, maka harus dirubah cara berpikir seperti itu dengan memandang bahwa AI adalah hal yang perlu ada dalam pekerjaan manusia, dan AI dipergunakan sebagai pembantu hidup, bukan subtitusi peran manusia.

AI bekerja tanpa kenal lelah dan dapat menyelesaikan tugas yang membosankan dan berulang dengan lebih cepat dan efisien dibandingkan manusia. Dalam banyak kasus, AI terbukti lebih akurat dibandingkan manusia dalam menganalisis data dan membuat prediksi. Pada layanan kesehatan, AI dapat berkontribusi pada diagnosis dan pengobatan penyakit yang lebih cepat dan akurat, sehingga berpotensi menyelamatkan nyawa. 

Sumber: Alinea.ID

Kekurangan yang Tersembunyi dari AI

Namun di luar dari pernyataan tersebut, terdapat beberapa poin yang bisa menjadi kekurangan AI.

  • Kurangnya Pekerjaan : Perkembangan AI dapat menyebabkan pengurangan pekerjaan tertentu secara signifikan menyebabkan banyak orang kehilangan pekerjaan atau pendapatan. Meskipun AI efisien dalam tugas-tugas tertentu, AI tidak dapat memahami atau bereaksi terhadap dunia dengan cara yang sama seperti manusia. Dalam hal aspek kreatif dan empati mungkin sulit ditiru oleh AI.
  • Kurangnya kreativitas sejati :  AI dapat menghasilkan karya kreatif, namun kurangnya  konteks dan pemahaman terhadap emosi manusia seringkali membuatnya kurang autentik dan bermakna dibandingkan karya manusia.
  • Kesalahan dan Ketidakpastian : model AI tidak selalu menghasilkan prediksi atau hasil yang benar 100% setiap saat. Anda bisa saja melakukan kesalahan, terutama ketika dihadapkan pada data atau situasi tak terduga yang belum pernah Anda latih.
  • Kesulitan dalam menjelaskan : Beberapa model AI, seperti jaringan saraf yang sangat kompleks, sulit  dijelaskan kepada manusia. Hal ini dapat menjadi masalah dalam situasi yang memerlukan transparansi dan akuntabilitas, seperti keputusan medis atau hukum.
  • Risiko privasi dan keamanan : Penggunaan AI saat memproses data pribadi atau sensitif meningkatkan risiko privasi dan keamanan. Model AI  rentan terhadap serangan dan penyalahgunaan data.

Meskipun AI memiliki potensi besar untuk menggantikan peran manusia dalam beberapa aspek, kita harus mempertimbangkan implikasi moral, sosial, dan ekonominya dengan cermat. Mungkin lebih baik untuk memandang AI sebagai alat yang dapat meningkatkan kemampuan manusia daripada menggantikannya sepenuhnya. Mungkin juga penting untuk mengarahkan perkembangan AI agar sesuai dengan nilai-nilai dan tujuan manusia, daripada membiarkan teknologi mengambil alih sepenuhnya.

Rifki Azizan Bachtera, Mahasiswa Program Studi Hubungan Masyarakat dan Komunikasi Digital, Universitas Negeri Jakarta angkatan 2022

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline