Pembelajaran kontekstual merupakan metode pembelajran di mana konsep yang dipelajari disajikan pada konteks-konteks kehidupan yang nyata, memungkinkan siswa untu melihat bagaimana konsep tersebut relevan dalam kehidupan sehari-hari.
Istilah "kontekstual" berasal dari "konteks", yang merujuk pada hubungan, situasi, atau kondisi. Dengan demikian, "kontekstual" dapat dipahami sebagai sesuatu yang terkait dengan situasi atau suasana. Oleh karena itu, pembelajaran kontekstual dapat diinterpretasikan sebagai metode pembelajaran yang terkait dengan konteks atau situasi tertentu.
Pembelajaran kontekstual menekankan pada proses siswa yang terlibat dalam menemukan materi pelajaran dan mengaitkannya dengan situasi kehidupan nyata, sehingga mendorong mereka untuk menerapkannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Pembelajaran kontekstual mengharuskan siswa terlibat sepenuhnya dalam proses pembelajaran. Mereka akan didorong untuk aktif dalam aktivitas pembelajaran yang sesuai dengan topik yang akan dipelajari. Dalam pendekatan ini, belajar tidak hanya terbatas pada mendengarkan dan mencatat, tetapi merupakan sebuah proses observasi langsung. Oleh karena itu, memungkinkan siswa menjadi berkembang secara mandiri.
Pembelajaran kontekstual mengajak siswa aktif terhadap penguasaan materi yang di pelajari. Pengetahuan dari luar diri tidak hanya diterima secara pasif atau ditransfer oleh orang lain, melainkan disusun dan dibangun oleh siswa itu sendiri, sehingga dapat meningkatkan kecerdasan mereka. Dalam proses pembelajaran, penting bagi guru untuk memahami materi pelajaran sebagai sesuatu untuk meningkatkan kemampuan berpikir, serta mengenali model pembelajaran untuk memicu minat belajar dengan konsep yang baik.
Pengaruh filsafat konstruktivisme terhadap pembelajaran kontekstual diawali oleh Mark Baldwin dan kemudian diperkaya oleh Jean Piaget dan Vygotsky. Menurut pandangan ini, belajar tidak sekadar tentang menghafal, melainkan pengetahuan dibangun dengan pengalaman individu dan buka dari instruksi langsung oleh guru. Konstruktivisme, menurut Bruning dalam Schunk, merupakan pendekatan psikologis dan filosofis menekankan individu aktif dalam membangun pemahaman mereka sendiri. Schunk juga menggambarkan konstruktivisme sebagai epistemologi menolak bahwa pengetahuan diperoleh secara pasif dari orang lain, melainkan terbentuk melalui eksplorasi internal individu.
Alasan pentingnya penerapan pembelajaran kontekstual adalah :
1. Sebagian besar kegiatan belajar di sekolah masih didominasi oleh penyampaian pengetahuan oleh guru, yang membuat siswa merasa dipaksa untuk menerima informasi tersebut tanpa merasa terlibat secara aktif. Hal ini menyebabkan pembelajaran menjadi tidak menyenangkan.
2. Materi cenderung abstrak, tidak terkait dengan siswa, di lingkungan keluarga, masyarakat, maupun dunia kerja.
3. Penilaian lebih sering melalui tes pada penguasaan pengetahuan, namun tidak memperhatikan kualitas dan kemampuan belajar siswa dalam duni nyata.
4. Sumber terpusat pada guru dan buku pelajaran, sedangkan lingkungan siswa tidak mendukung pembelajaran.
Pembelajaran kontekstual sebagai pendekatan memiliki tujuh asas komponen yang menjadi dasar pelaksanaannya:
1. Konstruktivisme
2. Inkuiri
3. Bertanya
4. Masyarakat belajar
5. Permodelan
6. Refleksi
7. Penilaian nyata
1. Konstruktivisme