Kubiarkan tubuh tidur terlentang; menunggu mimpi
ketika mataku berada diantara tidur dan sadar
dan, mata itu mencetak satu kenangan
saat kita sama-sama menderita
sebuah meridian dari segenap mimpi
Kulihat pertemuan dua wajah saling selingar sunyi di dalam mimpi
bertik-tak dalam ketukan jarum jam
setelah itu engkau pun pergi
Aku termenung dalam lambaian tangan
menyulam malam hari tanpa arti
harapan dan derita menindih memori