Seringkali ketika malam
atau langit mematung diri
aku menjamah menulis puisi
pada selembar kertas
berbentuk satu halaman
yang senantiasa mengukir satu kenangan
Aku berbisik padanya
seperti memanggil nama
dan mengetuk hati
menunggu ada gerak tangan
atau bahana menggubris derita kepergian